Tugas Makalah Agama Islam dan Tradisi budaya Nusantara


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada tahun 30 Hijrih atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah. dalam makalah ini akan di bahas lebih mendalam mengenai sejarah perkembangan islam di Indonesia.


B. RUMUSAN MASALAH

Ø Bagaimana seni dan budaya Islam di Indonesia berdasarkan nusantara
Ø Bagaimana Seni budaya Indonesia bernafaskan Islam






BAB II
PEMBAHASAN
A. SENI BUDAYA NUSANTARA YANG BERNAFASKAN ISLAM
1. Pengertian Seni Budaya Nusantara Bernafaskan islam
Seni budaya Nusantara yang bernafaskan Islam adalah Segala bentuk kesenian yang  berasal dan berkembang di Nusantara yang di pengaruhi oleh agama Islam. Seni dalam isalam tidak di larang selama seni tersebut berdampak positif dan tidak berdampak negatif dan bertentangan dengan ajaran Islam. Seni yang berdampak merusak jiwa, raga dan akhlak hukum nya haram, sedangkan seni yang dapat membuat pikiran tenang dan ketentraman jiwa hukumnya mubah atau boleh.
2. Macam-macam seni dan budaya nusantara yang bernafaskan islam
Banyak sekali seni budaya nusantara yang di dalamnya terkandung ajaran-ajaran islam. Berikut adalah beberapa contohnya :
A.   Musik Gambus dan Rebana
Musik gambus atau rebana adalah lagu/sholawatan  yang diiringi dengan alat pukul yang terbuat dari kulit hewan.
Ciri khas musik ini adalah:
- Diringi dengan alat music seperti, gambus, kecapi petik, marawis, atau alat music modern
- Syair bernafaskan islam, baik berupa nasihat, shalawat nabi baik dalam bahasa Indonesia, arab maupun daerah
Contohnya :
Ø  Grup Nasida Ria yang berasal dari semarang yang melantunkan irama padang pasir atau di sebut juga dengan Qosidah, contoh lagunya Jilbab Putih dan Perdamaian.
Ø  Grup Majelis Rossululloh sama juga malantunkan irama padang pasir atau pun Qosidah dan Sholawat, Contoh lagunya yaitu Sholawat Badar dan lain-lain.
Ø  Kuntulan adalah perpaduan antara seni musik dan seni tari, kuntulan ini asli dari Banyuwangi. Ø  Rampak Rebana bernada lima yang berasal dari daerah Lombok.
Ø  Seni terbang adalah untuk mengiringi Berjanji ataupun Sholawatan, terdapat di jawa.



B.   Sholawat Nabi
Sholawat Nabi yaitu Do’a puji pujian yang di tunjukan kepada Nabi Muhammad SAW, contohnya adalah sholawat badar yang di iringi dengan musik yang di lantunkan oleh salah satunya yaitu Majelis Rosululloh.
Ciri cirinya Sholawat Nabi:
Ø  Menggunakan alat musik Rebana.(terbang)
Ø  Adanya sholawat yaitu do’a dan puji pujian kepada Rosullulloh.
Ø  Penataan nadanya bernuansakan islam.
Ø  Sholawatan biasanya terdapat di dalam kitab Barjanji.
Contah Syair Sholawat :
Sholawat Burdah Mauula yasolliwasa lim daa iman abadaa  
Allaa habi bika khoiril kholki kuli himi
Aming tada kurijii roni bidii salami
Majad tada azaro min muklati bidami
Mauula yasolliwasa lim daa iman abadaa  
Allaa habi bika khoiril kholki kuli himi
Amm habati rihumi tilkoo ikodimati
Waawmadol bar kupi dholmaaimin idhomi
Mauula yasolliwasa lim daa iman abadaa  
Allaa habi bika khoiril kholki kuli himi
Pamaa liai naika ingkultak pupaa hamat
Wamaa likolbika ingkultas tapik yahimi
Mauula yasolliwasa lim daa iman abadaa  
Allaa habi bika khoiril kholki kuli himi
Ayahsabu Shobu annalhubba mungkatimun
Maa bai na mung sajimimminhu wamuddorimin
C.   Sholawatan Jawa
Sholawatan Jawa adalah salah satu seni musik yang bernafaskan islam dengan perangkat musik jawa perupa terbang, dalam sair nya di ambil dari Kitab Barjanji , Seperi Contoh sholawatan di atas.

D.   Japin Bujang Marindu

Merupakan Jenis tari Yang berpasang pasangan yang di ambil gerak dari tari Zafin yang bernafaskan islam dari Melayu. Tari ini menggambarkan kerinduan seorang kekasih setelah pergi lama merantaukemudian kembali ke kampong halamanya.

E.   Japin Hadrah

Merupan tari yang di ambill dari gerak tari zapin yang bernafaskan islam yng mengangkat kesenian Hadrah kedalam gerak tari dinamis, semua penarinya adalh wanita.

F.    Santriswaran

Santriswaran berasal dari lingkungan keratin Surakarta dan sekitarnya, Santriswaran merupakan salah satu Grup musik yang menggunakan alat musik terbang, kendang dan kemanak. Nada yang di gunakan mengikuti tangga nada seledro. Penabuh musik sekaligus sebagai penyanyi. Syair lagu yang di nyanyikan memuat ajaran islam san budaya jawa yang di sisipi dengan Sholawat Nabi.

G.  Tari Zapin

Tari zapin bisa kita temukan di Riau. Tari ini diiringi irama gambus, yang diperagakan oleh laki-laki yang berpasangan dengan mengenakan sarung, kemeja, kopeah hitam dan songket dan ikat kepala lacak/destar. Tari ini dipentaskan pada saat acara upacara pernikahan, khitanan dan hari raya islam.

H.  Tari seudati

Berasal dari Aceh umumnya diperankan oleh laki-laki dengan menari dan membuat bunyi tabuhan dengan alat music tubuh mereka sendiri, sewaktu menepuk tangan, dada, sisi tubuh dan menggertakan jari-jarinya


I.      Suluk Suluk

adalah tulisan dalam bahasa jawa maupun arab yang berisi pandangan hidup orang jawa. Serat wirid adalah tulisan pujangga jawa yang berisi bacaan-bacaan baik jawa maupun arab yang dibaca berulang-ulang.

J.     Gembyung

Seni ini merupakan pengenvbangan dari kesenian terbang yang hidup di lingkungan pesantren. Konon kesenian terbang itu salah satu jenis kesenian yang di pakai sebagai media penyebaran Agama Islam di daerah Cirebon sekitarnya. Kesenian Gembyung ini biasa di pertunjukan pada upacara-upacara  kegiatan Agama Islam seperti peringatan lahirnya Nabi atau di sebut juga dengan Muludan, Rajaban dan kegiatan  1 Syuro yang di gelar di sekitar  tempat ibadah.
C. Pengertian Tradisi

Tradisi islam di nusantara adalah sesuatu yang menggambarkan tradisi islam dari berbagai daerah di indonesia yang melambangkan kebudayaan islam dari daerah tersebut.

D. Tradisi dan seni bernuansa islam di nusantara

Setiap daerah dimana islam masuk sudah terdapat masing-masing. Ada yang merupakan pengaruh hindu dan budha adapun tradisi asli yang sudah turun temurun. Seperti halnya di Sumatera, di daerah lainpun para mubaligh memulai memilih mempertahnkannya namun memberikan warna islam.
Berikut ini beberapa tradisi Islam yang ada di Indonesia:

1.        Ziarah

Ziarah adalah kegiatan mengunjungi makam. Ziarah berkembang bersama dengan tradisi lain. Di Jawa, misalnya pengunjung di sebuah makam melaksankan ziarah dengan cara melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut adalah membaca Al Quran atau kalimat syahadat dan  berdoa.

2.        Tahlilan

Tahlilan adalah upacara kenduri atau selamatan untuk berdoa kepada Allah dengan membaca surat Yasin dan beberapa surat dan ayat pilihan lainnya, diikuti kalimat-kalimat tahlil (laailaaha illallah), tahmid (alhamdulillah) dan tasbih (subhanallah). Biasanya diselenggarakan sebagai ucapan syukur kepada Allah SWT (tasyakuran) dan mendoakan seseorang yang telah meninggal dunia pada hari ke 3, 7, 40, 100, 1000 dan khaul (tahunan).
Tradisi ini berasal dari kebiasaan orang-orang Hindu dan Budha yaitu kenduri, selamatan dan sesaji. Dalam agama islam tradisi ini tidak dapat dibenarkan karena mengandung unsur kemusyrikan. Dalam tahlilan sesaji digantikan dengan berkat atau laut pauk yang bisa dibawa pulang oleh para peserta. Ulama yang mengubah tradisi ini adalah Sunan Kalijaga dengan maksud agar orang yang baru masuk Islam tidak terkejut karena harus meninggalkan tradisi mereka, sehingga mereka kembali ke agamanya.
3.        Sekaten

Sekaten adalah upacara untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di lingkungan Keraton Yogyakarta atau Maulud. Selain untuk Maulud sekaten diselenggarakan pula pada bulan Besar (Dzulhijjah). Pada perayaan ini gamelan Sekati diarak dari keraton ke halaman masjid Agung Yogya dan dibunyikan  siang-malam sejak seminggu sebelum 12 Rabiul Awwal. Tradisi ini dipelopori oleh Sunan Bonang. Syair lagu berisi pesan tauhid dan setiap bait lagu diselingi pengucapan dua kalimat syahadat atau syahadatain, kemudian menjadi sekaten.  Syair lagu berisi pesan tauhid dan setiap bait lagu diselingi pengucapan dua kalimat sahadat atau syahadatain, kemudian menjadi sekaten. Perayaan Sekaten dikenal di Yogyakarta, Surakarta, Jawa Timur, dan Cirebon.

4.        Grebeg Maulud 
Grebek Maulud merupakan bagian dari rangkaian acara Grebeg Keraton yang rutin diadakan pada setiap tahunnya. Grebeg Keraton sendiri merupakan upacara adat di Daerah Istimewa Yogyakarta yang diadakan sebagai kewajiban sultan untuk menyebarkan serta melindungi agama Islam. Nama grebeg berasal dari peristiwa miyos atau keluarnya dari dalam istana bersama keluarga dan kerabatnya untuk memberikan gunungan kepada rakyatnya. Pada malam tanggal 11 Rabiul Awwal ini Sri Sultan beserta pembesar kraton Yogyakarta hadir di masjid Agung. Dilanjutkan pembacaan pembacaan riwayat Nabi dan ceramah agama.

5.        Takbiran
Takbir adalah seruan atau ucapan Allahu Akbar 'Allah Mahabesar': menjelang Idhul Fitri dan Idhul Adha. Takbiran dilakukan pada malam 1 Syawal (Idul Fitri) dengan mengucapkan takbir bersama -sama di masjid/mushalla ataupun berkeliling kampung (takbir keliling).

6.     Muludan
 Muludan adalah peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dilakukan dengan mengadakan Muludan. Peringatan ini dipelopori oleh Sultan Muhammad Al Fatih untuk membangkitkan semangat pasukan Muslim pada perang Salib. Peringatan maulid Nabi sebenarnya tidak diperintahkan oleh Nabi melainkan budaya agama semata. Di Indonesia peringatan ini dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat, dari Presiden sampai rakyat di desa. Kegiatan ini diisi dengan pembacaan riwayat Nabi (Barzanji) maupun kegiatan lainnya seperti perlombaan.

7.     Tabut/Tabuik
 Dilaksanakan pada hari Asyura (10 Muharram) untuk memperingati pembantaian Hasan dan Husain bin Ali bin Abi Thalib (cucu Rasulullah) oleh pasukan Yazid bin Muawiyah di Karbela. Dilakukan dengan mengarak usungan berwarna-warni (tabut) di pinggir pantai kemudian dibuang ke laut lepas. Pengarakan biasanya dilaksanakan setelah terlaksananya acara lainnya dengan menghidangkan beraneka macam hidangan makanan. Upacara ini dilaksanakan secara turun temurun di daerah Pariaman (Sumatera Barat) dan Bengkulu.

8.     Adat Basandi Syara
Syara Basandi Kitabullah, Masyarakat Minangkabau dikenal kuat dalam menjalankan agama Islam, sehingga adat mereka dipautkan dengan sendi Islam yaitu Al Quran (Kitabullah). Adat Minangkabau kental dengan nuansa Islam sehingga melahirkan semboyan adat basandi syara, syara basandi Kitabullah (Adat bersendikan syara dan syara bersendikan Kitab Allah).  

9.     Seni Tradisi Genjring
Seni tradisi disini banyak ditemukan di daerah Purwokerto, dan Banyumas pada umumnya. Di kalangan masyarakat Banyumas, kesenian ini tradisi ini lebih banyak ynag berbasisi di mesjid. Pada masa lalu, kesenian ini cukup efektif untuk melakukan pembinaan generasi muda, karena hampir setiap malam anak-anak muda bertemu di mesjid. Namun saat ini kesenian ini sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan kaum muda, sehingga jumlahnya didominasi kaum tua (50 tahunan).

Dalam seni tradisi islam ini, syiiran shalawat dilantunkan secara rampak dengan diiringi tabuhan rebana, tanpa tarian. Oleh masyarakat lokal, tabuhan rebana ini disebut genjring hal ini mungkin dimaksudkan untuk mendekati bunyi rebana yang mirip bunyi “jring”, orang bilang “ genringan”. Seperti halnya kesenian islam lain yang memberikan puji-pujian bagi Nabi Muhammad SAW.
Kesenian ini di msayarakat Banyumas seringkali digunakan untuk mengarak sunatan. Dalam prosesi ini, gengring dilakukan sambil jalan beberapa ratus meter menyambut datangnya pengantin sunatan yang datang dari tempat disunat tersebut. Si anak dinaikkan di becak yang telah dihias, yang kemudian dibelakangnya diikuti para pemain genjring. Menurut keterangan masyarakat Purwokerto dan Banyumas hal ini dimaksudkan selain untuk mnambah kemeriahan pesta, mengurangi rasa sakit pada si anak (karena keramaian tertuju pada keramaian), juga dimaksudkan dengan adanya hikmah dari pembacaan sholawat tersebut.
Kesenian ini biasanya dimainkan antara 12 sampai 30 orang. Penabuh terbang bisa bergantian dan nyanyian dilakukan secara serempak dengan menggunakan bahasa arab.

10.   Kesenian singiran
Kesenian ini sangat jarang ditemui karena semakin punah, seiring kemajuan jaman, meninggalnya para pelakunya, dan sengaja di counter kelompok tertentu (islam modern) karena dianggap ada penyimpangan dari islam. Kesenia singiran merupakan salah satu bagian integral dari ekspresi seni tardisi umat islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati seribu hari kematian salah satu warga. Jika dilihat dari isinya, seni tradisi ini berisikan nasihat-nasihat bagi si mayat dan nasehat kebaikan bagi anak cucu yang masih hidup untuk selalu mendoakan orang tua mereka. Kelompok kesenian ditemukan salah satunya  di daerah Tamantirto, Kasihan,Bantul,DIY. Kelompok ini menamakan keseniannya sebagai “singir ndajaratan” yang artinya “tembang kematian”. Selain menarasikan nasehat-nasehat kebaikan kesenian ini jud=ga dapat dimaksudkan sebagai upaya untuk mendoakan para leluhur melalui pembacaan narasi syiiran. Kesenian semakin digerus oleh persperktif islam modenis dan banyak digantikan dengan tahlil dan yasianan. Kesenian ini tidak menggunakan alat musik, namum diiringi tahlil bersma sepanjang pembacaan singir-singirnya. Sedangkan irama atau langgam singir digunakan langgam-langgam macapat. Secara garis besar kesenian ini diawali pembacaan tahlil, kemudian bacaan singir secara bergantian, dan kemudian pembacaan sholawat (srokal) serta diakhiri doa.

11.   Sholawat Jawi

Kesenian sholawat ditemuka di daerah Pleret, Bantul, dan beberapa juga sudah menyebar di sekitar kecamatan Pleret, atau bahkan di sekitar Kabupaten Bantul. Kesenian ini merupakan salah satu bentuk ketegasan jawanisasi kesenian islam. Kesenian yang berkembang seiring dengan tradisi peringatan maulid nabi ini mengartikulasikan syair atau syiiran shalawat kepada nabi Muhammad dengan medium bahasa jawa, bahakan juga dengan melodi-melodi jawa.
Kyai soleh yang menyebabkan tembang-tembang berbahasa jawa yang sampai saat ini tulisannya menjadi pedoman para pelaku seni sholawat jawi, meskipun beliau sudah lama meninggal.

12.   Isra’ mi’raj Rasulullah saw.
a.    Isra’ (Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Asqha)
Sepanjang perjalanan itu Rasulullah ditemani oleh Jibril as dan Israfil as. Tiba di tempat-tempat tertentu, Rasulullah diarahkan oleh Jibril supaya berhenti dan bersembahyang dua rakaat. Secara etimologis, isra’ berarti berjalan pada waktu malam atau membawa berjalan pada waktu malam. Dalam kajian sejarah islam isra’ berarti perjalanan pribadi Nabi Muhammad saw. pada malam hari dalam waktu yang amat singkat dari masjidil Haram di makkah ke masjidil aqsha di Yerussalem. Tempat-tempat berkenaan adalah Madyan dan Tursian, yaitu tempat nabi Musa a.s. berbicara dengan Allah; Baitul-Laham (tempat Nabi Isa a.s. dilahirkan).
Dalam perjalanan tersebut juga baginda Rasulullah saw. dapat menyaksikan peristiwa-peristiwa simbolik yang amat ajaib, diantaranya:
1.      Kaum yang sedang bertanam dan terus menuai hasil tanaman mereka. Apabila dituai, hasil yang baru keluar semula seolah-olah belum lagi dituai. Hal ini berlaku berulang –ulang. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah kaum yang berjihad fisabilillah yang digandakan pahala kebajikan sebanyak 700 kali ganda bahakan sehingga gandaan yang lebih banyak.
2.      Tempat yang berbau harum. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah bau kubur Masyitah (tukang sisir rambut anak Fir’aun ) bersama suami dan anak-anknya (termasuk bayi yang dapat bercakap untuk menguatkan iman ibunya) yang dibunuh Fir’aun karena tetap teguh beriman kepada Allah ( tak mau mengakui Fir’aun sebagai tuhan).
3.      Sekumpulan orang yang sedang memecahkan kepala mereka. Setiap kali dipecahkan, kepala mereka sembuh kembali, lalu dipecahkan pula. Demikian dilakukan berkali-kali. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah orang-orang yang berat kepala mereka untuk bersujud (sembahyang).
4.      Sekumpulan orang yang hanya menutup kemaluan mereka dengan miecebis kain. Mereka dihalau seperti binatang ternak. Mereka makan bara api dan batu neraka jahannam. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah orang-orang yang tidak mengeluarkan zakat harta mereka.

5.      Satu kaum, lelaki dan perempuan, yang memakan daging mentah yang busuk sedangkan daging masak ada disisi mereka. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah lelaki dan perempuan yang melakukan zina sedangkan lelaki dan perempuan tersebut masing-masing sudah mempunyai istri/suami.
6.      Lelaki yang berenag dalam sungai darah dan dilontarkan batu. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah orang yang makan riba.
7.      lelaki yang menghimpun seberkas kayu dan dia tidak terdaya memikulnya, tapi ditambah lagi kayu yang lain. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah orang yang tak dapat menunaikan amanah tetapi masih menerima amanah yang lain.
8.      Satu kaum yang sedang menggunting lidah dan bibir mereka dengan penggunting besi berkali-kali. Setiap kali digunting, lidah dan bibir mereka kembali seperti biasa. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah orang-orang yang membuat fitnah dan mengatakan sesuatu yang dia sendiri tidak melakukannya.
9.      Kaum yang mencakar muka dan dada mereka dengan kuku tembaga mereka. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah orang yang memaka daging manusia dan menjatuhkan martabat orang.
10. Seekor lembu jantan yang besar keluar dari lubang yang sempit. Tak dapat dimasukinya semula lubang itu Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah orang yang bercakap besar. Kemudian menyesal, tapi sudah terlambat.
11. Seorang perempuan dengan dulang yang penuh dengan berbagai perhiasan. Rasulullah tidak memperdulikannya. Kata jibril : itulah dunia. Jika Rasulullah memberi perhatian kepadanya, niscaya umat islam akan mengutamakan dunia daripada akhirat.
12. Seorang perempuan duduk di tengah jalan dan menyuruh Rasulullah berhenti. Rasulullah saw. tidak menghiraukannya. Kata jibril : itulahorang yang menyia – nyiakan umurnya sampai tua.
13. Tiba di masjid Al-Aqsha, Rasulullah saw. turun dari buraq. Kemudian masuk ke dalam masjid dan mengimami sembahyang dua rakaat dengan seluruh anbia’ dan mursalin menjadi ma’mum.
14. Rasulullah terasa dahaga, lalu dibawa jibril dua bejana yang berisi arak dan susu. Rasulullah memilih susu lalu diminumnya. Kata jibril : Baginda membuat pilihan yang betul. Jika arak dipilih, niscaya ramai umat baginda akan menjadi sesat.

b.   Mi’raj (naik ke Sidratul Muntaha)

 Adapun kata mi’raj artinya adalah tangga sebagai alat untuk naik atau semacam alat untuk naik dari bawah ke atas, menurut istilah dalam islam mi’raj adalah perjalanan pribadi nabi muhammad saw. naik dari alam bawah (bumi) ke alam atas (langit), sampai ke langit ke tujuh dan sidratul muntaha.
Didatangkan mi’raj yang indah dari syurga. Rasulullah saw. dan Jibril as. Naik ke atas tangga pertama lalu terangkat ke pintu langit dunia (pintu Hafzhah).
Langit pertama:
Rasulullah saw. dan jibril as. Naik ke langit pertama, lalu berjumba dengan Nabi Adm as. Kemudian dapat melihat orang-orang yang makan riba dan harta anak yatim dan melihat orang berzina yang rupa dan kelakuan mereka sangat huduh dan buruk.
Langit kedua:
Rasulullah saw dan jibril naik tangga langit kedua, lalu masuk dan bertemu dengan Nabi Isa as dan nabi Yahya as.
Langit ketiga:
Naik langit ketiga. Bertemu dengan Nabi Yusuf as.
Langit keempat:
Naik tangga langit keempat. Bertemu dengan nabi Idris as.
Langit kelima:
Naik tangga langit kelima. Bertemu dengan nabi Harun as. yang dikelilingi oleh kaumnya Bani Israil.
Langit keenam:
Naik tangga langit keenam. Bertemu dengan nabi-nabi. Seterusnya dengan nabi Musa as rasulullah mengangkat kepala (disuruh oleh Jibril) lalu dapat melihat umat baginda sendiri yang ramai, termasuk 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab.
Langit ketujuh:
Naik tangga langit ke tujuh dan masuk langit ketujuh lalu ketemu dengan nabi Ibrahim Kholilullah yang sedang bersandar di Baitul Ma’mur dihadapi oleh beberapa kaumnya.
Setelah beberapa melihat peristiwa lain yang ajaib, Rasulullah dan Jibril masuk ke dalam Baitul Makmur dan salat.
Tangga kedelapan:
Di senilah yang disebut “Al-kursi” yang berbetulan dengan dahan pokok Sidratul–Muntaha. Rasulullah saw. melihat berbagai keajaiban pada pokok itu: sungai air yang tidak berubah, sungai susu, sungai arak, sungai madu lebah. Buah, daun-daun, batang dan dahannya berubah-ubah warna dan bertukar menjadi permata-permata yang indah. Unggas-unggas emas berterbangan. Semua keindahan itu tak terperi oleh manusia. Baginda Rasulullah saw. dapat menyaksikan sungai al-kautsar yang terus masuk ke surga. Seterusnya baginda masuk ke surga dan melihat neraka beserta dengan malaikat malik penunggunya.
Malah dari tempat lebih tinggi dari langit tujuhlah, Allah menyampaikan perintah mulia untuk Baginda dan umatnya,, yaitu mengerjakan shalat. Pada mulanya, perintah shalat wajib itu menghendaki ia dilaksanakan 50 kali sehari semalam tetapi selepas Nabi Musa menasihatkan Rasulullah supaya meminta dikurangkan karena dia percaya umat Nabi Muhammad saw. tidak akan berdaya melakukannya, akhirnya mendapat keringanan Allah swt untuk mengerjakan lima waktu shalat saja. Selepas perintah shalat itu, Rasulullah kembali ke dunia dan tiba di Makkah ke Palestina, kemudian naik ke langit dan lebih tinggi sebelum menerima perintah shalat.

c.    Selepas Mi’raj
Rasulullah turun ke langit dunia semula. Seterusnya turun ke Baitul-Maqdis. Lalu menunggang buraq perjalanan pulang ke Mekah pada malam yang sama. Dalam perjalanan ini Baginda bertemu dengan beberapa peristiwa yang kemudian menjadi saksi peristiwa Isra’-Mi’raj yang amat ajaib itu (daripada satu riwayat peristiwa itu berlaku pada malam Isnin, 27 Rajab, kira-kira 18 bulan sebelum hijrah). Wallahu a’lam.
Peristiwa isra’ dan mi’raj ini tidak akan dapat diyakini kebenarannya jika kita bersandar kepada fikiran sahaja, tetapi hendaklah diyakini berdasarkan iman dan pegangan kepada islam dan kebenaran Rasul. Sesungguhnya, mukjizat isra’ dan Mi’raj memperlihatkan kekuasaan Allah swt.

13.   Muharram
Tanggal 1 Muharram dalam kalender kaum muslimin sedunia telah tercatat sebagai hari bersejarah dalam kehidupan mereka. Pada 1426 tahun lalu Umar Bin Khattab, khalifah kedua telah mencanangkan 1 muharram sebagai awal kalender kaum muslimin.

14.  Halal Bihalal
Halal bihalal adlah kata yang sering diucapkan dalam suasana idul fitri yang merupakan suatu istilah keagamaan yang hanya dikenal oleh masyarakat Indonesia, kamus bahasa indonesia menggantikan “acara maaf memaafkan pada hari lebaran” maka halal bihalal mengandung unsur silaturahmi.
Halal bihalal sebagai tradisi islam Indonesia tentulah akhir sejarah yang di gali dari kesadaran tokoh-tokoh umat masa lalu untuk membangun jalinan hubungan yang harmonis antara berbagai komponen umat untuk meluruskan permasalahan umat islam menuju yang lebih baik.

15.   Seni kaligrafi Al-Qur’an dan Al-Hadits
Seni kaligrafi yang artinya karya tulis tangan indah hasil kreasi estetik yang beguna untuk memenuhi kebutuhan jiwa muslim (rohani) dalam mencintai Al-Qur’an dan As- Sunah Nabi. Karena keindahannya, seni kaligrafi ini dapat difungsikan untuk hiasan, logo, stempel, sampul kitab, pesan-pesan tauhid dan moral bagi kaum muslimin, penulisan ayat-ayat Al-Qur’an, dan masih banyak lagi funsi-fungsinya.
Di Indonesia, seni kaligrafi ini telah berkembang mulai abad 12 masehi atau semenjak kerajaan islam muncul dan berdiri dibeberapa wilayah Indonesia, sepaerti Aceh, Demak, Ternate, Tidore, Maluku, Cirebon, Banten, Madura, Nusa Tenggara barat, dan sebagainya.
Adapun corak atau gaya seni kaligrafi, yang berkembang di Indonesia, antara lain, seperti gaya kufi, gaya naskhi, gaya Ri’ki, gaya Farisi, dan gaya Diwani.
Gaya kufi ini dibentuk oleh beberapa gaya geometris kaku dan matematik. Biasanya digunakan untuk manghias masjid, gedung – gedung pemerintah, tembok-tembok dingding istana raja, gapura masjid, majalah, benda-benda senjata, dsb.

16.   Hiasan (ornament) Arabeska

Ragam hias Arabeska, yaitu jenis hiasan yang salin jalin menjalin simpai, lilit melilit tumpang tindih seperti irama huruf Arab. Ragam hias ini sebenarnya sederetan huruf arab, tetapi dibentuk seperti bentuk binatang, manusia maupun buah-buahan, dan sebagainya.

17.   Kasidah
Kasidah adalah bentuk syair epik kesustraan arab yang dinyanyikan. Penyanyi menyanyikan lirik berisi puji-pujian untuk kaum muslim.
Lagu kasidah modern liriknya juga dibuat dalam bahasa indonesia selain arab. Grup kasidah modern membawa seornag penyanyi bintang yang paduan suara wanita. Alat musik yang dimainkan adlah rebana dan mandolin, disertai alat – alat modern, misalnya biola dll.

Ø Jenis Seni Budaya dan Tradisi yang bernilai Islam
     Berbagai karya seni budaya tradisi Islam yang berkembang di Indonesia, yang menjadi kekuatan untuk menjaga kesatuan dan pergaulan, mengandung ajaran akhlaq mulia, yang digarap para da’i, mubaalik, para wali, dan juga dorongan para raja-raja di Nusantara, antara lain :
a)  Karya Seni Rupa lokal Tradisional
1. Seni Arsitektur Keraton dan Kasultanan
     Arsitektur keratin dan kasultanan di Nusantara, rata-rata bercorak tradisi religio-magis, yang terdiri dari: ruang pasebahan, sitihinggil, alun-alun, pasar, dan masjid. Contohnya seperti istana keratin Surakarta, Kasultanan Cirebon, Kasultanan Demak, dan sebagainya.
2. Makam atau Nisan
     Makam dalam tradisi Islam di Indonesia berbentuk mar,era tau batu dan bermahkota seperti kubah masjid (maesan), terkadang berhiaskan tulisan kaligrafi atau arabeska. Contohnya seperti Makam Sultan Malikus Shaleh di Samudra Pasai, makam para Wali di Jawa.
3. Bentuk Arsitek bangunan Masjid, Surau, Langgar khas Indonesia
     Masjid di Indonesia beratap tumpang mirip pura pada masa hindu, atap ini menjadi prototype sebagian besar masjid di Indonesia. Perbedaannya hanya pada jumlah atap tumpangnya, ada yang bertumpang 3, 5, dan 6. Bentuk bangunan Masjid di Indonesia merupakan gabungan antara konsep pura dan bangunan kelenteng.
4. Wayang
      salah satu budaya Jawa hasil akulturasi dengan budaya India. Cerita-cerita pewayangan diambil dari kitab Ramayana dan Bharatayudha. Setelah terjadi akulturasi dengan Islam tokoh-tokoh dan cerita pewayangan diganti dengan cerita yang bernuansa Islam. Bagi orang jawa, wayang bukan hanya sebagai tontonan, tetapi juga tuntunan karenasarat dengan pesan-pesan moral yang menjadi filsafat hidup orang Jawa.

b)  Karya Seni Musik lokal
1.  Shalawatan
      Music Shalawatan merupakan music perkusi terbang yang dipukil bergantian dengan sair dan puisi yang dilagukan dengan irama Arab atau Jawa.
2.  Macapat
      Macapatan, berupa jenis lagu Jawa yang sudah diatur komposisinya. Penampilan tanpa iringan music, tetapi hanya vocal saja.
3.  Orkes Gambus
      Musik gambus mirip dengan Shalawatan, tetapi alat-alat musiknya ditambah dengan viola accordion, mandolin, dan bahkan beberapa alat music elektrik.
4.  Gamelan Sekaten
      Gamelan jawa yang ditabuh saat upacara sekaten peng-islaman bagi yang akan masuk agama islam dengan pembacaan syahadat. Sekaten ini dilaksanakan pada bulan maulud.

E. APRESIASI  TERHADAP TRADISI DAN UPACARA ADAT KESUKUAN NUSANTARA
1.        Pengertian Tradisi
Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan di masyarakat. Umumnya tradisi ini memiliki kekhususan atau keunikan. Keunikan tersebut biasanya menjadi daya tarik tersendiri. Salah satu contoh tradisi ialah tradisi Lisan. Tradisi lisan merupakan salah satu jenis warisan kebudayaan masyarakat setempat yang proses pewarisannya dilakukan secara lisan.
Macam-macam tradisi lisan :
a.    Ceria rakyat  (legenda cerita ken arok, si kabayan, sang kancil, sangkuriang dll)
b.    Bahasa rakyat  (logat, dialek, (sunda lentong)
c.    Sajak atau puisi rakyat ( sajak biasa, sinom, asmarandana, dll)
d.    Peribahasa rakyat (ungkapan tradisional) seperti ungkapan telur di ujung tanduk dan peribahasa lainnya.
e.    Nyanyian rakyat (folksong) misalnya : Cing Cangkeling (sunda), Rambate rata (Sulsel), dll.
2.        Agama, tradisi, dan budaya
Ada berbagai pemahaman mengenai tahun datangnya Islam ke wilayah Nusnatara, tetapi yang jelas ia datang setelah agama besar  yang lain seperti Hindu, Budhha datang. Akan tetapi, Islam bisa memperluas pengaruhnya di kawasan ini dengan sangat luas dan mendalam dibanding dua agama sebelumnya. Selain karena Islam mengajarkan kesetaraan dan pembebasan, juga karena strategi penyebarannya. Islam disebarkan melalui perangkat budaya dan bahkan warisan agama lama yang masih ada, yang kemudian di-Islamisasi.
a.    Pembentukan Islam Nusantara
Sebagaimana sering disinggung dalam buku sejarah bahwa Islam datang ke Nusantara disiarkan oleh para saudagar dari Gujarat dan Kurdistan, bahkan dari Champa dan Cina, bukan langsung dari arab. Kenyataan ini sering di salah artikan, dianggap Islam yang datang ke nusantara tidak murni bahkan dekaden, karena tercemar oleh berbagai tradisi yang dilalui.
Demikian pandangan menyesatkan dari para orientalis dan akademisi pada umumnya. Sebaliknya dalam pandangan kelompok Ahlus Sunnah, Islam yang datang ke Nusantara melalui berbagai Negara tersebut merupakan Islam yang sangat matang, Islam yang sangat sudah berpengalaman dalam menghadapi berbagai budaya dan tradisi yang dilewati seperti tradisi Persia, India, Cina dll. Sehingga ketika masuk ke Nusantara mereka bisa menyusun strategi dakwah yang pas. Karena itu, hampir tidak ada konflik dalam penyiaran agama, bahkan agama baru ini bisa diterima diberbagai pusat kekuasaan.
Dalam penyiaran agama yang pertama kali perlu dikenali terlebih dahulu adalah adat masyarakat setempat. Demikian menurut Syekh Abdurauf Sinkel (syah kuala) memberi nasihat kepada para santrinya. Hakim Agung pada masa Sultan Iskandar Muda (1907) itu memang ulama yang ahli dalam budaya.tradisi itu kemudian dikembangkan oleh para muridnya antara Syekh Burhanudin Ulakan dalam menyiarkan Islam di Minangkabau, dengan membiarkan tradisi berkembang walaupun tradisi mereka bertentangan dengan syariat. Dengan dalih bahwa yang menjadi target hanya kelompok mudanya, dengan metode bermain. Dengan strategi itu, Islam Ahlus Sunnah yang bermazdhab Syafi’i ini berkembang pesat diranah Pagaruyung itu. Berbeda dengan beberapa kawannya yang menolak nasihat gurunya akhirnya di usir warga dan gagal menyiarkan Islam.
Bahkan sebelum abad ke-15, ketika Sunan Bonang dan Sunan Drajat pergi hendak berguru ke Mekkah, ia bertemu dengan ayahnya Maulana Maghribi di Pasai, Aceh, setelah berguru disana dan ilmunya dianggap cukup disarankan pulang untuk berguru di Jawa saja. Karena justeru mengenal tradisi lebih penting menyiarkan Islam.
Demikian juga di Kalimantan, Syekh Arsyad Al Banjari menyiarkan Islam dengan penuh bijaksana, begitu pula dengan Syekh Abdus Shamad Al Palimbangi di Sumatera selatan atau Syekh Khatib Sambas di Kalimantan Barat.
Strategi dan tradisi mereka relative sama karena antar Ulama Ahlus Sunnah itu memiliki jaringan yang sama dan mereka bahu-membahu dalam mengembangkan ajarannya.
Para wali di Jawa juga berusaha memperkenalkan Islam melalui jalur tradisi,contoh wayang yang merupakan bagian dari ritual bisa di ubah menjadi sarana dakwah dan pengenalan ajaran tauhid. Mereka merasa aman dengan hadirnya Islam, karena Islam hadir tanpa mengancam tradisi, budaya, dan posisi mereka.
Kita saksikan juga para wali dan ulama di Sulawesi dan di Maluku, mereka menulis berbagai gubahan syair, tidak hanya mengenai ajara Islam, tetapi juga tentang tradisi. Berbagai naskah di tulis untuk mendekatkan masyarakat dengan ajaran Islam. Bahkan ajran Islam disesuaikan dengan kondisi local, sehingga mereka merasa tidak asing. Setelah itu, diperkenalkan Islam yang sesungguhnya. Langkah strategis itu menunjukkan keberhasilan yag luar biasa, sehingga para pemeluk agaa lama bersedia pindah ke Islam, karena Islam melindungi bahkan turut memajukan tradisi mereka.
Tradisi ini bukan tanpa pembenaran dari pusat Islam di Makkah. Dalam kenyataannya para ulama Nusantara banyak belajar dan bahkan mukim di Tanah suci. Mereka menjadi Imam dan syekh yang sangat terhormat di Haramaian, sehingga di datangi santri dari seluruh penjuru dunia. Dengan demikian, mereka tidak lupa mengemban tugas menjaga kelestarian Islam Nusantara. Setelah para santri belajar dengan berbagai ulama disana, mereka menyepuhkan (mematangkan) ilmunya dengan para ulama Nusantara, sehingga ketika kembali ke Nusantara tidak berbenturan dengan umat dan tradisi yang ada.
Para Alumni Mekah itu kemudian kembali membuat jaringan Islam Nusantara, mereka saling mengarang kitab dan saling mengajarkan di pesantren masing-masing. Misalnya kitab karangan Syekh Burhanuddin Ar-Raniri dikembangkan oleh Syekh Arsyad Al Bajari, kemudian kitab itu dicetak secara luas oleh Syekh Salim Al Fathani di Mekkah, dan di ajarkan pada muridnya di Patani, Brunei, Malaysia, dan Filipina.

b.    Pemangku Islam Nusantara
Tradisi keagamaan dan keilmuan Nusantara itu dikembangkan di pesantren yang ada di Nusantara. Melalui jaringan keulamaan dan kepesantrenan itulah tradisi Islam Nusantara dikembangkan. Langkah ini membuat seluruh masyarakat Nusantara menjadi pendukung tradisi Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang bermazdhab empat. Kalangan ini tidak ekslusif dan pasif. Terbukti ketika Portugis, Belanda, dan Inggris datang menjajah kawasan ini dengan system pendidikan Eropa dengan merongrong pendidikan lokal, maka kalangan Ulama pesantren dengan tegas mempertahankan system pendidikan mereka sendiri. Pesantren bersikap non-kooperatif, menolak segala bentuk kerja sama dengan kolonial untuk melegitimasi penjajahannya. Dari pendidikan pesantren itulah jaringan keilmuan Nusantara berkembang semakin intensif, sehingga bisa mengatasi segala tekanan kolonial, bahkan akhirya bisa menjadi basis perlawanan terhadap penjajahan.
Untuk merespon berbagai perkembangan yang ada di masyarakat, baik karena berkembangnya tingkat pemikiran masyarakat, adanya pengaruh kuat dan kebangkitan nasional, maupun menghadapi tantangan kolonialisme, kalangan pemangku Islam Nusantara yang lekat dengan tradisi ini berkembang secara luas di kawasan Nusantara dan Indonesia khususnya, menghimpun diri dalam berbagai organisasi.

§   Masyarakat Islam Sumatera Barat mendirikan Persatuan Tarbiyah, masyarakat Aceh,
§   Sumatera Utara mendirikan Al Washilah
§   Masyarakat Jawa mendirikan Nahdlatul Ulama,
§   Masyarakat Sulawesi mendirikan Darud Dakwah wal Irsyad
§   Masyarakat Nusa Tenggara mendirikan Nahdlatul Wathon
§   Masyarakat Sulawesi-Maluku mendirikan Al Akhirat, dan masih banyak lagi
Mereka itulah pendukung dan penyangga Islam Nusantara yang militan hingga saat ini. Penghimpunan ini penting terutama oleh Wahabi yang menguasai Mekkah tahun 1924-1925 mengusir mukmin Nusantara yang ada di Mekah. Kelompok ini tercerai-berai sehingga mereka terpaksa sebagian kembali ke tanah air dan menghimpun dalam bentuk organisasi untuk mempertahankan paham keagamaan mereka.
Islam jenis ini tidak hanya membawa keamanan, tetapi turut memberikan kontribusi besar bagi tumbuhnya peradaban Nusantara. Berbagai seni Arsitektur, seni sastra (filsafat), budaya, dan berbagai ekspresi kebudayaan yang lain. Ekspresi keislaman ini yang membedakan keislaman Nusantara ini yang membedakan keislaman Nusantara dengan Islam di timur tengah dan Islam Maghribi pada umumnya.
Beginilah kondisi Islam Nusantara sebagaimana dirintis dan dikembangkan oleh wali dan para ulama terdahulu, penting untuk dikukuhkan kembali agar Islam kembali menjadi agama yang dekat dan akrab dengan masyarakat Nusantara. Selain itu, system pendidikan pesantren yang merupakan system pendidikan khas Nusantara merupakan system pendidikan paling penting dalam proses ini. Dengan adanya pondok pesantren, maka Islam Nusantara tetap berkembang. Di pesantren itulah nilai-nilai kesusastraan diwariskan dan di ajarkan. Hingga saat ini, hanya di pesantren syalaf yang tetap mengajarkan berbagai kitab klasik (kitab kuning) dan melahirkan ulama-ulama besar. System ini tidak bisa digantikan oleh pendidikan modern seperti sekolah.
E. Karakter Dasar Islam Nusantara
Islam nusantara disebut sebagai sesuatu yang unik karena memiliki karakter khas yang membedakan Islam di daerah lain, karena perbedaan sejarah dan perbedaan latar belakang geografis dan latar belakang budaya yang dipijaknya. Selain itu, Islam yang datang kesini juga memiliki strategi dan kesiapan tersendiri.
§   Pertama, Islam datang dengan mempertimbangkan tradisi, tidak dilawan tetapi mencoba diapresiasi kemudian dijadikan sarana pengembangan Islam
§   Kedua, Islam datang tidak mengusik agama atau kepercayaan apapun, sehingga bisa hidup berdampingan dengan mereka
§   Ketiga, Islam datang memilih tradisi dan diterima sebagai agama
§   Ke empat, Islam menjadi agama yang mentradisi, sehingga orang tidak bisa meninggalkan Islam dalam kehidupan mereka.
G. Makna Keberadaan Islam Nusantara
Hadirnya Islam Nusantara ini memiliki pengaruh besar dan mendalam terhadap kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Ditandai antara lain,
§   Pertama, dengan kuatnya hubungan agama dengan tradisi dan bumi yang dipijak (tanah air) maka sejak awal Islam ini gigih menolak kehadiran imperialisme atau penjajahan bangsa asing.
§   Kedua, sejak awal Islam Nusantara turut aktif dalam membela kemerdekaan, mendirikan Negara termasuk ikut menyusun konstitusi yang bersifat nasional dan tetap berpijak pada agama dan tradisi, sehingga lahirlah Pancasila sebagai konsesus bersama menjelang bangsa ini merdeka.
Ketiga, dengan kecintaannya pada tradisi dan tanah air, Islam terbukti dalam sejarah tidak pernah memberontak terhadap pemerintah yang sah, karena pemberontakan ini di anggap penghianatan terhadap Negara yang telah di bangun bersama.
Salah satu kekuatan tradisi Sunni di Nusantara adalah kemampuannya membentuk Islam berkarakter moderat, toleran, dan akomodatif terhadap kebudayaan lokal. Seperti ditunjukkan pada kemunculan kesultanan Islam pertama di Indonesia, Pasai yang berkultur syi’ah hingga kehadiran wali songo di Jawa.
Hal inilah yang di lakukan oleh Syekh Burhanuddin Ulakan yang memperkenalkan tradisi “tabut” (perayaan asyura) dan “basapa” (berjalan) di pesisir barat Sumatera abad ke-17. Sementaran Syekh Jalaludin Al Aidid memperkenalkan tradisi “maudu lompoa” (Maulid Nabi yang agung) di daerah Makasar (kini di Cikoang, Takalar) pada abad ke-17.
Sementara di Bengkulu, perayaan Asyura’ ini dinamakan “tabot” berasal dari kata arab (tabut) yang secara harfiah berarti “kotak kayu” atau “peti”. Perayaan ini di gelar tabot tebuang (tabot terbuang). Seluruh tabot berkumpul dilapangan di arak menuju padang jati, dan berakhir di kompleks pemakaman umum karabela. Tempat ini menjadi lokasi acara ritual tabot terbuang karena disini dimakamkan Imam Senggolo (sebutan untuk Syekh Burhanuddin Ulakan), perintis tabot di Bengkulu. Kemudian bangunan tabot dibuang ke rawa-rawa yang berdampingan dengan makam, yang menandai berakhirnya segenap rangkaian upacara tabot. Syekh Burhanuddin wafat pada tahun 1680 dan dimakamkan di Ulakan, Pariaman. Ada pula yang menyebutnya di bengkulu. Peran beliau dilanjutkan oleh putera angkatnya, Syekh Abdurrahman dan Syekh Jalaludin.

Adat Perkawinan Aceh
Tradisi penikahan Aceh banyak diwarnai oleh tradisi Islam, hal bisa dilihat dari beberapa tahapan-tahapan pernikahan:

Melamar
Keluarga pria yang akan melamar seorang gadis mengutus seorang penghubung yang disebut seulangke. Apabila pihak perempuan setuju pihak pria mengantarkan tanda ikatan yang disebut ranub kong baba. Biasanya berupa emas dan pakaian untuk si gadis. Kedua keluarga kemudian menetapkan hari perkawinan dan mas kawis yang harus di berikan pihak pria. Mas kawin disebut jeunameu.

Persiapan perkawinan
Menjelang pernikahan sang gadis dipingit selama satu bulan untuk dibimbing cara berumah tangga, dianjurkan tekun mengaji.
Dua hari sebelum pernikahan, keluarga wanita mengadakan upacara mandi air bunga bagi gadis. Dengan tujuan membersihkan dosa, disamping sebagai pengharum badan. Diteruskan mengadakan upacara koh andam yaitu upacara membersihkan anak rambut di tengkuk, dahi, merapikan alis mata, juga menginai kuku-kuku menjadi mereh, memerahkan bibir dengan memakai sirih.

Upacara pernikahan
Sebelum upacara pernikahan dilangsungkan , calon pengantin perempuan memperlihatkan  kemampuannya menamatkan pembacaan al Qur’an. Kemudian ayah kandung pengantin perempuan memimpin upacara pernikahan/ijab kabul.
Setelah itu pihak pengantin pria menyerahkan jeunameu atau mas kawin berupa sekapur sirih, seperangkat kain adat, emas puan. Emas yang digunakan adalah uang mas kuno seberat 100 gram. Sebelum kedua mempelai dipersandingkan di pelaminan keluarga mengadakan upacara menginjak telur yang dilakukan oleh pengatin pria.

Pakaian Pengantin 
Pengatin pria celana panjang yang (cekak musang), kain sarung (pendua), serta kemeja belanga pakai bis benang emas, memakai kopiah (makutup), sebilah rencong terselip di depan perut. Pengantin perempuan memakai celana panjang (cekak musang) baju kurung sampai pinggul, kain sarung. Perhiasan berupa kalung yang disebut kula, pending, gelang tangan, gelang kaki.


Ziarah Kubur
Yaitu kebiasaan mengunjungi makam dan meletakkan bunga di atas kuburan seseorang. Sampai saat ini masih dipertahankan. Tujuan awalnya adalah untuk memohon restu dan mendapat berkah dari orang yang sudah meninggal. Tradisi ini dipengaruhi budaha Hindu-Budha yakni pemujaan terhadap arwah nenenk moyang.
Setelah Islam datang tujuan ziarah diarahkan untuk mendo’akan yang telah meninggal agar diampuni dosa-dosanya juga sebagai media kontemplasi bagi seseorang agar selalu mengingat kematian.
Biasanya yang dikunjungi makam para wali. Setelah berkembang juga makan sanak keluarga. Waktu ziarah menjelang bulan Ramadhan dan hari raya idul fitri. Saat ziarah diisi dengan bacaan tahlil, tahmid, surah pendek dalam al Qur’an.

MEMBERIKAN APRESIASI TERHADAP TRADISI DAN UPACARA KESUKUAN NUSANTARA YANG BERNUANSA ISLAMI.
Selanjutnya kita akan membahas apa itu kenduri. Kenduri adalah selamatan, upacara tradisi yang disesuaikan dengan ajaran-ajaran agama di Jawa. Gejala kenduri merupakan bagian dari proses Islamisasi yang belum selesai sejak Islam masuk ke Nusantara yang dibawa oleh para wali.
Hal ini diperkuat oleh analils Dr. Zamakhsyari Dhofier, bahwa penyebaran Islam di Jawa tidak mudah penuh tantangan, dan setahap demi tahap. Pada dasarnya ada dua tahap yaitu; gelombang pertama ialah pengislaman orang Jawa menjadi orang Islam sekedarnya, yang selesai pada pada abad ke-16. Gelombang kedua ialah pemantapan mereka betul-betul menjadi orang Islam yang taat, yang secara pelan-pelan menggantikan kehidupan keagamaan yang lama, hampir secara menyeluruh tetapi tidak pernah disempurnakan misalnya syariah Islam belum secara menyeluruh pernah diterapkan di Jawa.
Proses Islamisasi yang begitu panjang bukan disebabkan oleh latar belakang nilai-nilai budaya sebelumnya yang begitu kuat dianut, tetapi karena proses Islamisasi yang dilakukan oleh para wali cenderung mengadakan kompromi lokal.
Cara ini dipahami sebagai sikap metodik dan strategi dakwah dikalangan masyarakat tradisional. Dengan kata lain pada dasarnya proses Islamisasi yang dilakukan para wali bukan untuk mengadakan kompromi budaya, melainkan bagaimana Islam bisa tersebar secara damai dan cepat.
Dalam upacara kenduri atau selamatan ada dua tata nilai, yang pertama nilai tradisi dengan doktrin. Secara formal ia menampilkan bentuk tradisi, sedang secara esensial sudah diislamkan.
Yang kedua bahwa kenduri ruwahan, suran, saur tanah, sehari, tiga hari dan seterusnya terhadap orang yang mati. Tata cara yang dilembagakan dalam upacara kenduri tidak ada dalam ajaran Islam. Sedangkan mendo’akan orang meninggal dunia –terutama anak terhadap orang tua- diajarkan didalam Agama Islam
Dari usaian diatas sikap kita menghadapi berbagai macam tradisi dan upacara kesukuan nusantara adalah menghormati dan memandangnya sebagai kekayaan khazanah budaya yang ada di Indonesia.


BAB III
B. TRADISI DAN UPACARA ADAT YANG BERNAFASKAN ISLAM
1. Pengertian Tradisi dan Upacara Adat yang bernafaskan Islam
Tradisi dan upacara adat yang bernafaskan Islam adalah adat atau upacara yang menyangkut Islam. Di Indonesia Banyak sekali di temukan Tradisi upacara adat yang bernafaskan/ berisi ajaran-ajaran Islam.
2. Macam-macam Tradisi Upacara Adat yang Bernafaskan Islam
1. Muludan
Muludan merupakan upacara pendahuluan dari peringatan lahirnya Nabi Muhammad SAW, yang lahir pada 12 Robiul awal/12 mulud, biasanya di bulan Robiul awal banyak yang memperingati hari lahir nya rosullulloh seperti membaca Barzanzi,Sholawatan . Muludan juga di gunakan Sultan untuk berkomnikasi dengan rakyatnya dan untuk mensyukuri berkah kepadahan Tuhan.
2. Grebeg
Adalah upacara adat berupa sedekah yang di lakukan pihak kraton kepada masyarakat berupa gunungan. Kraton Yogyakarta dan Surakarta mengadakan upacara grebeg sebanyak 3 dalam 1 tahun, yaitu Grebeg  Syawal pada saat Hara Raya Idul Fitri, Grebeg Besar pada Hari Raya Idul Adha, dan Grebeg Mulud atau sering di sebut juga dengan sekaten. Sekaten yaitu mengarak sedekah dari raja yang berupa makan, sayur, buah-buahan dari kediaman raja ke masjid Agung untuk kemudian di bagikan kepada pengunjung dan rakyat.
3. Grebeg Besar
Grebeg Besar Adalah kira pusaka peninggalan kerajaan Demak dari pondopo Kabupaten Demak menuju makan Sunan Kalijaga di daerah Kadilangu. Sewlain Kirab dalam acara tersebut juga di laksanakan memcuci barang pusaka peninggalan Suanan Kalijaga, Grebeg Besar di lakukan pada tanggal 10 Djulhijah.
4. Megengan
Adalah upacara menyambut Bulan Suci Romandon Oleh Bupati dan rakyat Semarang( jawa tengah ). Kegiatan utamanya adalah pemukulan bedug sebagai tanda jatuh nya tanggal 12 Romadon di mulainya berpuasa.
5. Salikuran
Adalah Kegiatan untuk menyambut malam laillatur qodar antara tanggal 20-29 Romadon di mana pada malam itu turunya malaikat untuk membawa rahmat, biasanya orang orang pada tanggal 20-29 pada tanggal ganjilnya selalu bersedekah di masjid setelah sholat teraweh di laksanakan.
6. Syawalan
Adalah kegiatan silahturahmi kepada semua umat manusia (muslim) setelah melaksanakan Sholat Sunat Idul Fitri untuk saling maaf memaafkan atas segala kesalahan yang telah di perbuatnya. Pada tradisi tersebut berlangsung hingga beberapa hari, Bahkan ada yang di ramaikan pada hari ke 7 Syawal dengan Istilah Lebaran Ketupat.

7. Akekah
adalah upacara di mana setelah anak lahir atau setelah berumur 7 hari biasanya di akekahi dengan menyebelih kambing atau domba, kalau anak laki laki bagusnya 2 kambing atau 2 domba, sedangkan anak perempuan di perbolehkan satu, setelah proses penyebelihan itu daging  akekah nya di bagi kan pada masarak sekitar atau di hidangkan untuk upacara pemberian nama .Dan pembacaan Barzanzi atau di sebut juga Marhabaan.



BAB IV

C.  APRESIASI TEHADAP SENI BUDAYA DAN UPACARA ADAT YANG BERNAFASKAN ISLAM

Seni budaya lokal yang benapaskan islam tersebut adalah hasil para juru dakwah dimasa lalu yang kreatif, dimana para juru dakwah mencari akal bagaimana supaya masyarakat yang sebelumnya masih kuat memegang adat dan budaya sebelumnya beralih ke agama islam tanpa menyinggung perasaan adat budaya sebelumnya yaitu hindu budha. Kita perlu menghargai dan melestarikan seni budaya adat yang bernafaskan islam, sepanjang tidak membawa dampak negative bagi aqidah keislaman dan tidak mengakibatkan syirik dan penyimpangan ajaran.


BAB V
PENUTUP
Kesimpulan

Beberapa tradisi Islam kita warisi sampai sekarang, antara lain ziarah ke makam, sedekah, sekaten. Setiap daerah dimana Islam masuk sudah terdapat tradisi masing-masing. Ada yang merupakan pengaruh Hindu dan Budha adapula tradisi asli yang sudah turun temurun. Seperti halnya di Sumatera, di daerah lainpun para muballigh memilih mempertahankannya namun dengan meberikan warna Islam.

SARAN

    Pembelajaran tentang seni budaya lokal sebagai bagian dari tradisi islam nusantara akan lebih memahami tentang bagaimana islam masuk ke Indonesia, bagaimana perjuangan para penyebar islam di nusantara sehingga dapat meneladani dan mengharagai jasa - jasa para pahlawan agama dan bangsa tersebut.
    Pendalaman terhadap sejarah membuat seseorang menjadi tahu dan mengerti serta bisa mengharagai pengorbanan para pendahulu mereka, dan dapat melestarikan kebudayaan - kebudayaan yang telah ada, yang tidak bertentangan dengan nilai - nilai moral dan agama.




0 komentar:

Post a Comment