Tugas Makalah Agama Islam dan Tradisi budaya Nusantara makalah islam dan kebudayaan pdf, makalah kebudayaan dalam pandangan islam, makalah dinamika kebudayaan dan, peradaban islam, prinsip prinsip kebudayaan islam, makalah agama dan budaya, sumber budaya islam, kebudayaan islam academia, makalah agama dan budaya pdf
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada
tahun 30 Hijrih atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya
Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk
memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang
memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di
Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti
Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah
perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan
pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi
dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah. dalam makalah ini akan di bahas
lebih mendalam mengenai sejarah perkembangan islam di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Ø Bagaimana
seni dan budaya Islam di Indonesia berdasarkan nusantara
Ø Bagaimana
Seni budaya Indonesia bernafaskan Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
SENI BUDAYA NUSANTARA YANG BERNAFASKAN ISLAM
1.
Pengertian Seni Budaya Nusantara Bernafaskan islam
Seni budaya Nusantara yang bernafaskan Islam adalah
Segala bentuk kesenian yang berasal dan berkembang di Nusantara yang di
pengaruhi oleh agama Islam. Seni dalam isalam tidak di larang selama seni
tersebut berdampak positif dan tidak berdampak negatif dan bertentangan dengan
ajaran Islam. Seni yang berdampak merusak jiwa, raga dan akhlak hukum nya
haram, sedangkan seni yang dapat membuat pikiran tenang dan ketentraman jiwa
hukumnya mubah atau boleh.
2.
Macam-macam seni dan budaya nusantara yang bernafaskan islam
Banyak sekali seni budaya nusantara yang
di dalamnya terkandung ajaran-ajaran islam. Berikut adalah beberapa contohnya :
A.
Musik
Gambus dan Rebana
Musik gambus atau rebana adalah
lagu/sholawatan yang diiringi dengan alat pukul yang terbuat dari kulit
hewan.
Ciri khas musik ini adalah:
- Diringi dengan alat music seperti, gambus, kecapi
petik, marawis, atau alat music modern
- Syair bernafaskan islam, baik berupa nasihat,
shalawat nabi baik dalam bahasa Indonesia, arab maupun daerah
Contohnya :
Ø Grup Nasida Ria yang berasal dari semarang
yang melantunkan irama padang pasir atau di sebut juga dengan Qosidah, contoh
lagunya Jilbab Putih dan Perdamaian.
Ø Grup Majelis Rossululloh sama juga malantunkan
irama padang pasir atau pun Qosidah dan Sholawat, Contoh lagunya yaitu Sholawat
Badar dan lain-lain.
Ø Kuntulan adalah perpaduan antara seni musik
dan seni tari, kuntulan ini asli dari Banyuwangi. Ø Rampak Rebana bernada
lima yang berasal dari daerah Lombok.
Ø Seni terbang adalah untuk mengiringi
Berjanji ataupun Sholawatan, terdapat di jawa.
B.
Sholawat
Nabi
Sholawat Nabi yaitu Do’a puji pujian yang di
tunjukan kepada Nabi Muhammad SAW, contohnya adalah sholawat badar yang di
iringi dengan musik yang di lantunkan oleh salah satunya yaitu Majelis
Rosululloh.
Ciri cirinya Sholawat Nabi:
Ø Menggunakan
alat musik Rebana.(terbang)
Ø Adanya sholawat
yaitu do’a dan puji pujian kepada Rosullulloh.
Ø Penataan
nadanya bernuansakan islam.
Ø Sholawatan
biasanya terdapat di dalam kitab Barjanji.
Contah Syair Sholawat :
Sholawat Burdah Mauula
yasolliwasa lim daa iman abadaa
Allaa habi bika khoiril
kholki kuli himi
Aming tada kurijii roni
bidii salami
Majad tada azaro min
muklati bidami
Mauula yasolliwasa lim
daa iman abadaa
Allaa habi bika khoiril
kholki kuli himi
Amm habati rihumi
tilkoo ikodimati
Waawmadol bar kupi
dholmaaimin idhomi
Mauula yasolliwasa lim
daa iman abadaa
Allaa habi bika khoiril
kholki kuli himi
Pamaa liai naika ingkultak
pupaa hamat
Wamaa likolbika
ingkultas tapik yahimi
Mauula yasolliwasa lim
daa iman abadaa
Allaa habi bika khoiril
kholki kuli himi
Ayahsabu Shobu
annalhubba mungkatimun
Maa bai na mung
sajimimminhu wamuddorimin
C.
Sholawatan Jawa
Sholawatan Jawa adalah
salah satu seni musik yang bernafaskan islam dengan perangkat musik jawa perupa
terbang, dalam sair nya di ambil dari Kitab Barjanji , Seperi Contoh sholawatan
di atas.
D.
Japin Bujang Marindu
Merupakan Jenis tari Yang berpasang pasangan yang di
ambil gerak dari tari Zafin yang bernafaskan islam dari Melayu. Tari ini
menggambarkan kerinduan seorang kekasih setelah pergi lama merantaukemudian
kembali ke kampong halamanya.
E.
Japin Hadrah
Merupan tari yang di ambill dari gerak tari zapin
yang bernafaskan islam yng mengangkat kesenian Hadrah kedalam gerak tari
dinamis, semua penarinya adalh wanita.
F.
Santriswaran
Santriswaran berasal dari lingkungan keratin
Surakarta dan sekitarnya, Santriswaran merupakan salah satu Grup musik yang
menggunakan alat musik terbang, kendang dan kemanak. Nada yang di gunakan
mengikuti tangga nada seledro. Penabuh musik sekaligus sebagai penyanyi. Syair
lagu yang di nyanyikan memuat ajaran islam san budaya jawa yang di sisipi
dengan Sholawat Nabi.
G.
Tari Zapin
Tari zapin bisa kita temukan di Riau. Tari ini
diiringi irama gambus, yang diperagakan oleh laki-laki yang berpasangan dengan
mengenakan sarung, kemeja, kopeah hitam dan songket dan ikat kepala
lacak/destar. Tari ini dipentaskan pada saat acara upacara pernikahan, khitanan
dan hari raya islam.
H.
Tari seudati
Berasal dari Aceh umumnya diperankan oleh laki-laki
dengan menari dan membuat bunyi tabuhan dengan alat music tubuh mereka sendiri,
sewaktu menepuk tangan, dada, sisi tubuh dan menggertakan jari-jarinya
I.
Suluk Suluk
adalah tulisan dalam bahasa jawa maupun arab yang
berisi pandangan hidup orang jawa. Serat wirid adalah tulisan pujangga jawa
yang berisi bacaan-bacaan baik jawa maupun arab yang dibaca berulang-ulang.
J.
Gembyung
Seni
ini merupakan pengenvbangan dari kesenian terbang yang hidup di lingkungan
pesantren. Konon kesenian terbang itu salah satu jenis kesenian yang di pakai
sebagai media penyebaran Agama Islam di daerah Cirebon sekitarnya. Kesenian
Gembyung ini biasa di pertunjukan pada upacara-upacara kegiatan Agama
Islam seperti peringatan lahirnya Nabi atau di sebut juga dengan Muludan,
Rajaban dan kegiatan 1 Syuro yang di gelar di sekitar tempat
ibadah.
C.
Pengertian Tradisi
Tradisi islam di nusantara adalah sesuatu
yang menggambarkan tradisi islam dari berbagai daerah di indonesia yang
melambangkan kebudayaan islam dari daerah tersebut.
D.
Tradisi dan seni bernuansa islam di nusantara
Setiap daerah dimana islam masuk sudah terdapat
masing-masing. Ada yang merupakan pengaruh hindu dan budha adapun tradisi asli
yang sudah turun temurun. Seperti halnya di Sumatera, di daerah lainpun para
mubaligh memulai memilih mempertahnkannya namun memberikan warna islam.
Berikut ini beberapa tradisi Islam yang ada
di Indonesia:
1.
Ziarah
Ziarah
adalah kegiatan mengunjungi makam. Ziarah berkembang bersama dengan
tradisi lain. Di Jawa, misalnya pengunjung di sebuah makam melaksankan
ziarah dengan cara melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut adalah
membaca Al Quran atau kalimat syahadat dan berdoa.
2.
Tahlilan
Tahlilan
adalah upacara kenduri atau selamatan untuk berdoa kepada Allah dengan membaca
surat Yasin dan beberapa surat dan ayat pilihan lainnya, diikuti
kalimat-kalimat tahlil (laailaaha illallah), tahmid (alhamdulillah) dan tasbih
(subhanallah). Biasanya diselenggarakan sebagai ucapan syukur kepada Allah SWT
(tasyakuran) dan mendoakan seseorang yang telah meninggal dunia pada hari ke 3,
7, 40, 100, 1000 dan khaul (tahunan).
Tradisi
ini berasal dari kebiasaan orang-orang Hindu dan Budha yaitu kenduri, selamatan
dan sesaji. Dalam agama islam tradisi ini tidak dapat dibenarkan karena
mengandung unsur kemusyrikan. Dalam tahlilan sesaji digantikan dengan berkat
atau laut pauk yang bisa dibawa pulang oleh para peserta. Ulama yang mengubah
tradisi ini adalah Sunan Kalijaga dengan maksud agar orang yang baru masuk
Islam tidak terkejut karena harus meninggalkan tradisi mereka, sehingga mereka
kembali ke agamanya.
3.
Sekaten
Sekaten
adalah upacara untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di lingkungan
Keraton Yogyakarta atau Maulud. Selain untuk Maulud sekaten diselenggarakan
pula pada bulan Besar (Dzulhijjah). Pada perayaan ini gamelan Sekati diarak
dari keraton ke halaman masjid Agung Yogya dan dibunyikan siang-malam
sejak seminggu sebelum 12 Rabiul Awwal. Tradisi ini dipelopori oleh Sunan
Bonang. Syair lagu berisi pesan tauhid dan setiap bait lagu diselingi
pengucapan dua kalimat syahadat atau syahadatain, kemudian menjadi
sekaten. Syair lagu berisi pesan tauhid dan setiap bait lagu diselingi
pengucapan dua kalimat sahadat atau syahadatain, kemudian menjadi sekaten.
Perayaan Sekaten dikenal di Yogyakarta, Surakarta, Jawa Timur,
dan Cirebon.
4.
Grebeg
Maulud
Grebek
Maulud merupakan bagian dari rangkaian acara Grebeg Keraton yang rutin diadakan
pada setiap tahunnya. Grebeg Keraton sendiri merupakan upacara adat di Daerah
Istimewa Yogyakarta yang diadakan sebagai kewajiban sultan untuk menyebarkan
serta melindungi agama Islam. Nama grebeg berasal dari peristiwa miyos atau
keluarnya dari dalam istana bersama keluarga dan kerabatnya untuk memberikan
gunungan kepada rakyatnya. Pada malam tanggal 11 Rabiul Awwal ini Sri
Sultan beserta pembesar kraton Yogyakarta hadir di masjid Agung. Dilanjutkan
pembacaan pembacaan riwayat Nabi dan ceramah agama.
5.
Takbiran
Takbir
adalah seruan atau ucapan Allahu Akbar 'Allah Mahabesar': menjelang Idhul Fitri
dan Idhul Adha. Takbiran dilakukan pada malam 1 Syawal (Idul Fitri) dengan
mengucapkan takbir bersama -sama di masjid/mushalla ataupun berkeliling kampung
(takbir keliling).
6.
Muludan
Muludan
adalah peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dilakukan dengan mengadakan
Muludan. Peringatan ini dipelopori oleh Sultan Muhammad Al Fatih untuk
membangkitkan semangat pasukan Muslim pada perang Salib. Peringatan maulid Nabi
sebenarnya tidak diperintahkan oleh Nabi melainkan budaya agama semata. Di
Indonesia peringatan ini dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat, dari
Presiden sampai rakyat di desa. Kegiatan ini diisi dengan pembacaan riwayat
Nabi (Barzanji) maupun kegiatan lainnya seperti perlombaan.
7.
Tabut/Tabuik
Dilaksanakan
pada hari Asyura (10 Muharram) untuk memperingati pembantaian Hasan dan Husain
bin Ali bin Abi Thalib (cucu Rasulullah) oleh pasukan Yazid bin Muawiyah di
Karbela. Dilakukan dengan mengarak usungan berwarna-warni (tabut) di pinggir
pantai kemudian dibuang ke laut lepas. Pengarakan biasanya dilaksanakan setelah
terlaksananya acara lainnya dengan menghidangkan beraneka macam hidangan
makanan. Upacara ini dilaksanakan secara turun temurun di daerah Pariaman
(Sumatera Barat) dan Bengkulu.
8.
Adat
Basandi Syara
Syara
Basandi Kitabullah, Masyarakat Minangkabau dikenal kuat dalam menjalankan
agama Islam, sehingga adat mereka dipautkan dengan sendi Islam yaitu Al Quran (Kitabullah).
Adat Minangkabau kental dengan nuansa Islam sehingga melahirkan semboyan adat
basandi syara, syara basandi Kitabullah (Adat bersendikan syara dan syara
bersendikan Kitab Allah).
9.
Seni
Tradisi Genjring
Seni
tradisi disini banyak ditemukan di daerah Purwokerto, dan Banyumas pada
umumnya. Di kalangan masyarakat Banyumas, kesenian ini tradisi ini lebih banyak
ynag berbasisi di mesjid. Pada masa lalu, kesenian ini cukup efektif untuk
melakukan pembinaan generasi muda, karena hampir setiap malam anak-anak muda
bertemu di mesjid. Namun saat ini kesenian ini sedikit demi sedikit mulai
ditinggalkan kaum muda, sehingga jumlahnya didominasi kaum tua (50 tahunan).
Dalam seni
tradisi islam ini, syiiran shalawat dilantunkan secara rampak dengan diiringi
tabuhan rebana, tanpa tarian. Oleh masyarakat lokal, tabuhan rebana ini disebut
genjring hal ini mungkin dimaksudkan untuk mendekati bunyi rebana yang mirip
bunyi “jring”, orang bilang “ genringan”. Seperti halnya kesenian islam lain
yang memberikan puji-pujian bagi Nabi Muhammad SAW.
Kesenian
ini di msayarakat Banyumas seringkali digunakan untuk mengarak sunatan. Dalam
prosesi ini, gengring dilakukan sambil jalan beberapa ratus meter menyambut
datangnya pengantin sunatan yang datang dari tempat disunat tersebut. Si anak
dinaikkan di becak yang telah dihias, yang kemudian dibelakangnya diikuti para
pemain genjring. Menurut keterangan masyarakat Purwokerto dan Banyumas hal ini
dimaksudkan selain untuk mnambah kemeriahan pesta, mengurangi rasa sakit pada
si anak (karena keramaian tertuju pada keramaian), juga dimaksudkan dengan
adanya hikmah dari pembacaan sholawat tersebut.
Kesenian
ini biasanya dimainkan antara 12 sampai 30 orang. Penabuh terbang bisa
bergantian dan nyanyian dilakukan secara serempak dengan menggunakan bahasa
arab.
10.
Kesenian
singiran
Kesenian
ini sangat jarang ditemui karena semakin punah, seiring kemajuan jaman,
meninggalnya para pelakunya, dan sengaja di counter kelompok tertentu (islam
modern) karena dianggap ada penyimpangan dari islam. Kesenia singiran merupakan
salah satu bagian integral dari ekspresi seni tardisi umat islam. Kesenian ini
berkembang seiring dengan tradisi memperingati seribu hari kematian salah satu
warga. Jika dilihat dari isinya, seni tradisi ini berisikan nasihat-nasihat
bagi si mayat dan nasehat kebaikan bagi anak cucu yang masih hidup untuk selalu
mendoakan orang tua mereka. Kelompok kesenian ditemukan salah satunya di daerah
Tamantirto, Kasihan,Bantul,DIY. Kelompok ini menamakan keseniannya sebagai
“singir ndajaratan” yang artinya “tembang kematian”. Selain menarasikan
nasehat-nasehat kebaikan kesenian ini jud=ga dapat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mendoakan para leluhur melalui pembacaan narasi syiiran. Kesenian semakin
digerus oleh persperktif islam modenis dan banyak digantikan dengan tahlil dan
yasianan. Kesenian ini tidak menggunakan alat musik, namum diiringi tahlil
bersma sepanjang pembacaan singir-singirnya. Sedangkan irama atau langgam
singir digunakan langgam-langgam macapat. Secara garis besar kesenian ini
diawali pembacaan tahlil, kemudian bacaan singir secara bergantian, dan
kemudian pembacaan sholawat (srokal) serta diakhiri doa.
11.
Sholawat
Jawi
Kesenian
sholawat ditemuka di daerah Pleret, Bantul, dan beberapa juga sudah menyebar di
sekitar kecamatan Pleret, atau bahkan di sekitar Kabupaten Bantul. Kesenian ini
merupakan salah satu bentuk ketegasan jawanisasi kesenian islam. Kesenian yang
berkembang seiring dengan tradisi peringatan maulid nabi ini mengartikulasikan
syair atau syiiran shalawat kepada nabi Muhammad dengan medium bahasa jawa,
bahakan juga dengan melodi-melodi jawa.
Kyai soleh
yang menyebabkan tembang-tembang berbahasa jawa yang sampai saat ini tulisannya
menjadi pedoman para pelaku seni sholawat jawi, meskipun beliau sudah lama
meninggal.
12.
Isra’
mi’raj Rasulullah saw.
a. Isra’ (Perjalanan dari Masjidil Haram ke
Masjidil Asqha)
Sepanjang
perjalanan itu Rasulullah ditemani oleh Jibril as dan Israfil as. Tiba di
tempat-tempat tertentu, Rasulullah diarahkan oleh Jibril supaya berhenti dan
bersembahyang dua rakaat. Secara etimologis, isra’ berarti berjalan pada waktu
malam atau membawa berjalan pada waktu malam. Dalam kajian sejarah islam isra’
berarti perjalanan pribadi Nabi Muhammad saw. pada malam hari dalam waktu yang
amat singkat dari masjidil Haram di makkah ke masjidil aqsha di Yerussalem.
Tempat-tempat berkenaan adalah Madyan dan Tursian, yaitu tempat nabi Musa a.s.
berbicara dengan Allah; Baitul-Laham (tempat Nabi Isa a.s. dilahirkan).
Dalam
perjalanan tersebut juga baginda Rasulullah saw. dapat menyaksikan
peristiwa-peristiwa simbolik yang amat ajaib, diantaranya:
1. Kaum yang
sedang bertanam dan terus menuai hasil tanaman mereka. Apabila dituai, hasil
yang baru keluar semula seolah-olah belum lagi dituai. Hal ini berlaku berulang
–ulang. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah kaum yang berjihad
fisabilillah yang digandakan pahala kebajikan sebanyak 700 kali ganda bahakan
sehingga gandaan yang lebih banyak.
2. Tempat
yang berbau harum. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah bau kubur
Masyitah (tukang sisir rambut anak Fir’aun ) bersama suami dan anak-anknya
(termasuk bayi yang dapat bercakap untuk menguatkan iman ibunya) yang dibunuh
Fir’aun karena tetap teguh beriman kepada Allah ( tak mau mengakui Fir’aun
sebagai tuhan).
3. Sekumpulan
orang yang sedang memecahkan kepala mereka. Setiap kali dipecahkan, kepala
mereka sembuh kembali, lalu dipecahkan pula. Demikian dilakukan berkali-kali.
Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah orang-orang yang berat kepala
mereka untuk bersujud (sembahyang).
4. Sekumpulan
orang yang hanya menutup kemaluan mereka dengan miecebis kain. Mereka dihalau
seperti binatang ternak. Mereka makan bara api dan batu neraka jahannam.
Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah orang-orang yang tidak
mengeluarkan zakat harta mereka.
5. Satu kaum,
lelaki dan perempuan, yang memakan daging mentah yang busuk sedangkan daging
masak ada disisi mereka. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah lelaki
dan perempuan yang melakukan zina sedangkan lelaki dan perempuan tersebut
masing-masing sudah mempunyai istri/suami.
6. Lelaki
yang berenag dalam sungai darah dan dilontarkan batu. Rasulullah saw.
diberitahu oleh jibril : itulah orang yang makan riba.
7. lelaki yang
menghimpun seberkas kayu dan dia tidak terdaya memikulnya, tapi ditambah lagi
kayu yang lain. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah orang yang tak
dapat menunaikan amanah tetapi masih menerima amanah yang lain.
8. Satu kaum
yang sedang menggunting lidah dan bibir mereka dengan penggunting besi
berkali-kali. Setiap kali digunting, lidah dan bibir mereka kembali seperti
biasa. Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah orang-orang yang membuat
fitnah dan mengatakan sesuatu yang dia sendiri tidak melakukannya.
9. Kaum yang
mencakar muka dan dada mereka dengan kuku tembaga mereka. Rasulullah saw.
diberitahu oleh jibril : itulah orang yang memaka daging manusia dan
menjatuhkan martabat orang.
10. Seekor
lembu jantan yang besar keluar dari lubang yang sempit. Tak dapat dimasukinya
semula lubang itu Rasulullah saw. diberitahu oleh jibril : itulah orang yang
bercakap besar. Kemudian menyesal, tapi sudah terlambat.
11. Seorang
perempuan dengan dulang yang penuh dengan berbagai perhiasan. Rasulullah tidak
memperdulikannya. Kata jibril : itulah dunia. Jika Rasulullah memberi perhatian
kepadanya, niscaya umat islam akan mengutamakan dunia daripada akhirat.
12. Seorang
perempuan duduk di tengah jalan dan menyuruh Rasulullah berhenti. Rasulullah
saw. tidak menghiraukannya. Kata jibril : itulahorang yang menyia – nyiakan
umurnya sampai tua.
13. Tiba di
masjid Al-Aqsha, Rasulullah saw. turun dari buraq. Kemudian masuk ke dalam
masjid dan mengimami sembahyang dua rakaat dengan seluruh anbia’ dan mursalin
menjadi ma’mum.
14. Rasulullah
terasa dahaga, lalu dibawa jibril dua bejana yang berisi arak dan susu.
Rasulullah memilih susu lalu diminumnya. Kata jibril : Baginda membuat pilihan
yang betul. Jika arak dipilih, niscaya ramai umat baginda akan menjadi sesat.
b. Mi’raj (naik ke Sidratul Muntaha)
Adapun
kata mi’raj artinya adalah tangga sebagai alat untuk naik atau semacam alat
untuk naik dari bawah ke atas, menurut istilah dalam islam mi’raj adalah
perjalanan pribadi nabi muhammad saw. naik dari alam bawah (bumi) ke alam atas
(langit), sampai ke langit ke tujuh dan sidratul muntaha.
Didatangkan
mi’raj yang indah dari syurga. Rasulullah saw. dan Jibril as. Naik ke atas
tangga pertama lalu terangkat ke pintu langit dunia (pintu Hafzhah).
Langit
pertama:
Rasulullah
saw. dan jibril as. Naik ke langit pertama, lalu berjumba dengan Nabi Adm as.
Kemudian dapat melihat orang-orang yang makan riba dan harta anak yatim dan
melihat orang berzina yang rupa dan kelakuan mereka sangat huduh dan buruk.
Langit
kedua:
Rasulullah
saw dan jibril naik tangga langit kedua, lalu masuk dan bertemu dengan Nabi Isa
as dan nabi Yahya as.
Langit
ketiga:
Naik
langit ketiga. Bertemu dengan Nabi Yusuf as.
Langit
keempat:
Naik
tangga langit keempat. Bertemu dengan nabi Idris as.
Langit
kelima:
Naik tangga
langit kelima. Bertemu dengan nabi Harun as. yang dikelilingi oleh kaumnya Bani
Israil.
Langit
keenam:
Naik
tangga langit keenam. Bertemu dengan nabi-nabi. Seterusnya dengan nabi Musa as
rasulullah mengangkat kepala (disuruh oleh Jibril) lalu dapat melihat umat
baginda sendiri yang ramai, termasuk 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab.
Langit
ketujuh:
Naik
tangga langit ke tujuh dan masuk langit ketujuh lalu ketemu dengan nabi Ibrahim
Kholilullah yang sedang bersandar di Baitul Ma’mur dihadapi oleh beberapa
kaumnya.
Setelah
beberapa melihat peristiwa lain yang ajaib, Rasulullah dan Jibril masuk ke
dalam Baitul Makmur dan salat.
Tangga
kedelapan:
Di senilah
yang disebut “Al-kursi” yang berbetulan dengan dahan pokok Sidratul–Muntaha.
Rasulullah saw. melihat berbagai keajaiban pada pokok itu: sungai air yang
tidak berubah, sungai susu, sungai arak, sungai madu lebah. Buah, daun-daun,
batang dan dahannya berubah-ubah warna dan bertukar menjadi permata-permata
yang indah. Unggas-unggas emas berterbangan. Semua keindahan itu tak terperi
oleh manusia. Baginda Rasulullah saw. dapat menyaksikan sungai al-kautsar yang
terus masuk ke surga. Seterusnya baginda masuk ke surga dan melihat neraka
beserta dengan malaikat malik penunggunya.
Malah dari
tempat lebih tinggi dari langit tujuhlah, Allah menyampaikan perintah mulia
untuk Baginda dan umatnya,, yaitu mengerjakan shalat. Pada mulanya, perintah
shalat wajib itu menghendaki ia dilaksanakan 50 kali sehari semalam tetapi
selepas Nabi Musa menasihatkan Rasulullah supaya meminta dikurangkan karena dia
percaya umat Nabi Muhammad saw. tidak akan berdaya melakukannya, akhirnya
mendapat keringanan Allah swt untuk mengerjakan lima waktu shalat saja. Selepas
perintah shalat itu, Rasulullah kembali ke dunia dan tiba di Makkah ke
Palestina, kemudian naik ke langit dan lebih tinggi sebelum menerima perintah
shalat.
c. Selepas Mi’raj
Rasulullah
turun ke langit dunia semula. Seterusnya turun ke Baitul-Maqdis. Lalu
menunggang buraq perjalanan pulang ke Mekah pada malam yang sama. Dalam
perjalanan ini Baginda bertemu dengan beberapa peristiwa yang kemudian menjadi
saksi peristiwa Isra’-Mi’raj yang amat ajaib itu (daripada satu riwayat
peristiwa itu berlaku pada malam Isnin, 27 Rajab, kira-kira 18 bulan sebelum
hijrah). Wallahu a’lam.
Peristiwa
isra’ dan mi’raj ini tidak akan dapat diyakini kebenarannya jika kita bersandar
kepada fikiran sahaja, tetapi hendaklah diyakini berdasarkan iman dan pegangan
kepada islam dan kebenaran Rasul. Sesungguhnya, mukjizat isra’ dan Mi’raj memperlihatkan
kekuasaan Allah swt.
13.
Muharram
Tanggal 1
Muharram dalam kalender kaum muslimin sedunia telah tercatat sebagai hari
bersejarah dalam kehidupan mereka. Pada 1426 tahun lalu Umar Bin Khattab,
khalifah kedua telah mencanangkan 1 muharram sebagai awal kalender kaum
muslimin.
14. Halal Bihalal
Halal
bihalal adlah kata yang sering diucapkan dalam suasana idul fitri yang
merupakan suatu istilah keagamaan yang hanya dikenal oleh masyarakat Indonesia,
kamus bahasa indonesia menggantikan “acara maaf memaafkan pada hari lebaran”
maka halal bihalal mengandung unsur silaturahmi.
Halal
bihalal sebagai tradisi islam Indonesia tentulah akhir sejarah yang di gali
dari kesadaran tokoh-tokoh umat masa lalu untuk membangun jalinan hubungan yang
harmonis antara berbagai komponen umat untuk meluruskan permasalahan umat islam
menuju yang lebih baik.
15.
Seni
kaligrafi Al-Qur’an dan Al-Hadits
Seni
kaligrafi yang artinya karya tulis tangan indah hasil kreasi estetik yang
beguna untuk memenuhi kebutuhan jiwa muslim (rohani) dalam mencintai Al-Qur’an
dan As- Sunah Nabi. Karena keindahannya, seni kaligrafi ini dapat difungsikan
untuk hiasan, logo, stempel, sampul kitab, pesan-pesan tauhid dan moral bagi
kaum muslimin, penulisan ayat-ayat Al-Qur’an, dan masih banyak lagi funsi-fungsinya.
Di
Indonesia, seni kaligrafi ini telah berkembang mulai abad 12 masehi atau
semenjak kerajaan islam muncul dan berdiri dibeberapa wilayah Indonesia,
sepaerti Aceh, Demak, Ternate, Tidore, Maluku, Cirebon, Banten, Madura, Nusa
Tenggara barat, dan sebagainya.
Adapun
corak atau gaya seni kaligrafi, yang berkembang di Indonesia, antara lain,
seperti gaya kufi, gaya naskhi, gaya Ri’ki, gaya Farisi, dan gaya Diwani.
Gaya kufi
ini dibentuk oleh beberapa gaya geometris kaku dan matematik. Biasanya digunakan
untuk manghias masjid, gedung – gedung pemerintah, tembok-tembok dingding
istana raja, gapura masjid, majalah, benda-benda senjata, dsb.
16.
Hiasan
(ornament) Arabeska
Ragam hias
Arabeska, yaitu jenis hiasan yang salin jalin menjalin simpai, lilit melilit
tumpang tindih seperti irama huruf Arab. Ragam hias ini sebenarnya sederetan
huruf arab, tetapi dibentuk seperti bentuk binatang, manusia maupun
buah-buahan, dan sebagainya.
17.
Kasidah
Kasidah
adalah bentuk syair epik kesustraan arab yang dinyanyikan. Penyanyi menyanyikan
lirik berisi puji-pujian untuk kaum muslim.
Lagu
kasidah modern liriknya juga dibuat dalam bahasa indonesia selain arab. Grup
kasidah modern membawa seornag penyanyi bintang yang paduan suara wanita. Alat
musik yang dimainkan adlah rebana dan mandolin, disertai alat – alat modern,
misalnya biola dll.
Ø Jenis Seni Budaya dan Tradisi yang bernilai
Islam
Berbagai karya seni budaya
tradisi Islam yang berkembang di Indonesia, yang menjadi kekuatan untuk menjaga
kesatuan dan pergaulan, mengandung ajaran akhlaq mulia, yang digarap para da’i,
mubaalik, para wali, dan juga dorongan para raja-raja di Nusantara, antara lain
:
a) Karya Seni Rupa lokal Tradisional
1. Seni Arsitektur Keraton dan Kasultanan
Arsitektur keratin dan
kasultanan di Nusantara, rata-rata bercorak tradisi religio-magis, yang terdiri
dari: ruang pasebahan, sitihinggil, alun-alun, pasar, dan masjid. Contohnya
seperti istana keratin Surakarta, Kasultanan Cirebon, Kasultanan Demak, dan
sebagainya.
2. Makam atau Nisan
Makam dalam tradisi Islam
di Indonesia berbentuk mar,era tau batu dan bermahkota seperti kubah masjid
(maesan), terkadang berhiaskan tulisan kaligrafi atau arabeska. Contohnya
seperti Makam Sultan Malikus Shaleh di Samudra Pasai, makam para Wali di Jawa.
3. Bentuk Arsitek bangunan Masjid, Surau, Langgar
khas Indonesia
Masjid di Indonesia beratap
tumpang mirip pura pada masa hindu, atap ini menjadi prototype sebagian besar
masjid di Indonesia. Perbedaannya hanya pada jumlah atap tumpangnya, ada yang
bertumpang 3, 5, dan 6. Bentuk bangunan Masjid di Indonesia merupakan gabungan
antara konsep pura dan bangunan kelenteng.
4. Wayang
salah satu budaya
Jawa hasil akulturasi dengan budaya India. Cerita-cerita pewayangan diambil
dari kitab Ramayana dan Bharatayudha. Setelah terjadi akulturasi dengan Islam
tokoh-tokoh dan cerita pewayangan diganti dengan cerita yang bernuansa Islam.
Bagi orang jawa, wayang bukan hanya sebagai tontonan, tetapi juga tuntunan
karenasarat dengan pesan-pesan moral yang menjadi filsafat hidup orang Jawa.
b) Karya Seni Musik lokal
1. Shalawatan
Music Shalawatan
merupakan music perkusi terbang yang dipukil bergantian dengan sair dan puisi
yang dilagukan dengan irama Arab atau Jawa.
2. Macapat
Macapatan, berupa
jenis lagu Jawa yang sudah diatur komposisinya. Penampilan tanpa iringan music,
tetapi hanya vocal saja.
3. Orkes Gambus
Musik gambus mirip
dengan Shalawatan, tetapi alat-alat musiknya ditambah dengan viola accordion,
mandolin, dan bahkan beberapa alat music elektrik.
4. Gamelan Sekaten
Gamelan jawa yang
ditabuh saat upacara sekaten peng-islaman bagi yang akan masuk agama islam
dengan pembacaan syahadat. Sekaten ini dilaksanakan pada bulan maulud.
E.
APRESIASI TERHADAP TRADISI DAN UPACARA ADAT KESUKUAN NUSANTARA
1. Pengertian
Tradisi
Tradisi
adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan
di masyarakat. Umumnya tradisi ini memiliki kekhususan atau keunikan. Keunikan tersebut
biasanya menjadi daya tarik tersendiri. Salah satu contoh tradisi ialah tradisi
Lisan. Tradisi lisan merupakan salah satu jenis warisan kebudayaan
masyarakat setempat yang proses pewarisannya dilakukan secara lisan.
Macam-macam
tradisi lisan :
a. Ceria
rakyat (legenda cerita ken arok, si kabayan, sang kancil,
sangkuriang dll)
b. Bahasa
rakyat (logat, dialek, (sunda lentong)
c. Sajak atau puisi rakyat (
sajak biasa, sinom, asmarandana, dll)
d. Peribahasa rakyat
(ungkapan tradisional) seperti ungkapan telur di ujung tanduk dan peribahasa
lainnya.
e. Nyanyian rakyat (folksong)
misalnya : Cing Cangkeling (sunda), Rambate rata (Sulsel), dll.
2. Agama,
tradisi, dan budaya
Ada
berbagai pemahaman mengenai tahun datangnya Islam ke wilayah Nusnatara, tetapi
yang jelas ia datang setelah agama besar yang lain seperti Hindu,
Budhha datang. Akan tetapi, Islam bisa memperluas pengaruhnya di kawasan ini
dengan sangat luas dan mendalam dibanding dua agama sebelumnya. Selain karena
Islam mengajarkan kesetaraan dan pembebasan, juga karena strategi
penyebarannya. Islam disebarkan melalui perangkat budaya dan bahkan warisan
agama lama yang masih ada, yang kemudian di-Islamisasi.
a. Pembentukan
Islam Nusantara
Sebagaimana
sering disinggung dalam buku sejarah bahwa Islam datang ke Nusantara disiarkan
oleh para saudagar dari Gujarat dan Kurdistan, bahkan dari Champa dan Cina,
bukan langsung dari arab. Kenyataan ini sering di salah artikan, dianggap Islam
yang datang ke nusantara tidak murni bahkan dekaden, karena tercemar oleh
berbagai tradisi yang dilalui.
Demikian
pandangan menyesatkan dari para orientalis dan akademisi pada umumnya.
Sebaliknya dalam pandangan kelompok Ahlus Sunnah, Islam yang datang ke
Nusantara melalui berbagai Negara tersebut merupakan Islam yang sangat matang,
Islam yang sangat sudah berpengalaman dalam menghadapi berbagai budaya dan
tradisi yang dilewati seperti tradisi Persia, India, Cina dll. Sehingga ketika
masuk ke Nusantara mereka bisa menyusun strategi dakwah yang pas. Karena itu,
hampir tidak ada konflik dalam penyiaran agama, bahkan agama baru ini bisa
diterima diberbagai pusat kekuasaan.
Dalam
penyiaran agama yang pertama kali perlu dikenali terlebih dahulu adalah adat
masyarakat setempat. Demikian menurut Syekh Abdurauf Sinkel (syah kuala)
memberi nasihat kepada para santrinya. Hakim Agung pada masa Sultan Iskandar
Muda (1907) itu memang ulama yang ahli dalam budaya.tradisi itu kemudian
dikembangkan oleh para muridnya antara Syekh Burhanudin Ulakan dalam menyiarkan
Islam di Minangkabau, dengan membiarkan tradisi berkembang walaupun tradisi
mereka bertentangan dengan syariat. Dengan dalih bahwa yang menjadi target
hanya kelompok mudanya, dengan metode bermain. Dengan strategi itu, Islam Ahlus
Sunnah yang bermazdhab Syafi’i ini berkembang pesat diranah Pagaruyung itu.
Berbeda dengan beberapa kawannya yang menolak nasihat gurunya akhirnya di usir
warga dan gagal menyiarkan Islam.
Bahkan
sebelum abad ke-15, ketika Sunan Bonang dan Sunan Drajat pergi hendak berguru
ke Mekkah, ia bertemu dengan ayahnya Maulana Maghribi di Pasai, Aceh, setelah
berguru disana dan ilmunya dianggap cukup disarankan pulang untuk berguru di
Jawa saja. Karena justeru mengenal tradisi lebih penting menyiarkan Islam.
Demikian
juga di Kalimantan, Syekh Arsyad Al Banjari menyiarkan Islam dengan penuh
bijaksana, begitu pula dengan Syekh Abdus Shamad Al Palimbangi di Sumatera
selatan atau Syekh Khatib Sambas di Kalimantan Barat.
Strategi
dan tradisi mereka relative sama karena antar Ulama Ahlus Sunnah itu memiliki
jaringan yang sama dan mereka bahu-membahu dalam mengembangkan ajarannya.
Para
wali di Jawa juga berusaha memperkenalkan Islam melalui jalur tradisi,contoh
wayang yang merupakan bagian dari ritual bisa di ubah menjadi sarana
dakwah dan pengenalan ajaran tauhid. Mereka merasa aman dengan hadirnya Islam,
karena Islam hadir tanpa mengancam tradisi, budaya, dan posisi mereka.
Kita
saksikan juga para wali dan ulama di Sulawesi dan di Maluku, mereka menulis
berbagai gubahan syair, tidak hanya mengenai ajara Islam, tetapi juga tentang
tradisi. Berbagai naskah di tulis untuk mendekatkan masyarakat dengan ajaran
Islam. Bahkan ajran Islam disesuaikan dengan kondisi local, sehingga mereka
merasa tidak asing. Setelah itu, diperkenalkan Islam yang sesungguhnya. Langkah
strategis itu menunjukkan keberhasilan yag luar biasa, sehingga para pemeluk
agaa lama bersedia pindah ke Islam, karena Islam melindungi bahkan turut
memajukan tradisi mereka.
Tradisi
ini bukan tanpa pembenaran dari pusat Islam di Makkah. Dalam kenyataannya para
ulama Nusantara banyak belajar dan bahkan mukim di Tanah suci. Mereka menjadi
Imam dan syekh yang sangat terhormat di Haramaian, sehingga di datangi santri
dari seluruh penjuru dunia. Dengan demikian, mereka tidak lupa mengemban tugas
menjaga kelestarian Islam Nusantara. Setelah para santri belajar dengan
berbagai ulama disana, mereka menyepuhkan (mematangkan) ilmunya dengan para
ulama Nusantara, sehingga ketika kembali ke Nusantara tidak berbenturan dengan
umat dan tradisi yang ada.
Para
Alumni Mekah itu kemudian kembali membuat jaringan Islam Nusantara, mereka
saling mengarang kitab dan saling mengajarkan di pesantren masing-masing.
Misalnya kitab karangan Syekh Burhanuddin Ar-Raniri dikembangkan oleh Syekh
Arsyad Al Bajari, kemudian kitab itu dicetak secara luas oleh Syekh Salim Al
Fathani di Mekkah, dan di ajarkan pada muridnya di Patani, Brunei, Malaysia,
dan Filipina.
b. Pemangku Islam Nusantara
Tradisi
keagamaan dan keilmuan Nusantara itu dikembangkan di pesantren yang ada di Nusantara.
Melalui jaringan keulamaan dan kepesantrenan itulah tradisi Islam Nusantara
dikembangkan. Langkah ini membuat seluruh masyarakat Nusantara menjadi
pendukung tradisi Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang bermazdhab empat.
Kalangan ini tidak ekslusif dan pasif. Terbukti ketika Portugis, Belanda, dan
Inggris datang menjajah kawasan ini dengan system pendidikan Eropa dengan
merongrong pendidikan lokal, maka kalangan Ulama pesantren dengan tegas
mempertahankan system pendidikan mereka sendiri. Pesantren bersikap
non-kooperatif, menolak segala bentuk kerja sama dengan kolonial untuk
melegitimasi penjajahannya. Dari pendidikan pesantren itulah jaringan keilmuan
Nusantara berkembang semakin intensif, sehingga bisa mengatasi segala tekanan
kolonial, bahkan akhirya bisa menjadi basis perlawanan terhadap penjajahan.
Untuk
merespon berbagai perkembangan yang ada di masyarakat, baik karena
berkembangnya tingkat pemikiran masyarakat, adanya pengaruh kuat dan
kebangkitan nasional, maupun menghadapi tantangan kolonialisme, kalangan
pemangku Islam Nusantara yang lekat dengan tradisi ini berkembang secara luas
di kawasan Nusantara dan Indonesia khususnya, menghimpun diri dalam berbagai
organisasi.
§ Masyarakat Islam Sumatera Barat
mendirikan Persatuan Tarbiyah, masyarakat Aceh,
§ Sumatera Utara mendirikan Al
Washilah
§ Masyarakat Jawa mendirikan
Nahdlatul Ulama,
§ Masyarakat Sulawesi mendirikan
Darud Dakwah wal Irsyad
§ Masyarakat Nusa Tenggara
mendirikan Nahdlatul Wathon
§ Masyarakat Sulawesi-Maluku
mendirikan Al Akhirat, dan masih banyak lagi
Mereka
itulah pendukung dan penyangga Islam Nusantara yang militan hingga saat ini.
Penghimpunan ini penting terutama oleh Wahabi yang menguasai Mekkah tahun
1924-1925 mengusir mukmin Nusantara yang ada di Mekah. Kelompok ini
tercerai-berai sehingga mereka terpaksa sebagian kembali ke tanah air dan
menghimpun dalam bentuk organisasi untuk mempertahankan paham keagamaan mereka.
Islam
jenis ini tidak hanya membawa keamanan, tetapi turut memberikan kontribusi
besar bagi tumbuhnya peradaban Nusantara. Berbagai seni Arsitektur, seni sastra
(filsafat), budaya, dan berbagai ekspresi kebudayaan yang lain. Ekspresi
keislaman ini yang membedakan keislaman Nusantara ini yang membedakan keislaman
Nusantara dengan Islam di timur tengah dan Islam Maghribi pada umumnya.
Beginilah
kondisi Islam Nusantara sebagaimana dirintis dan dikembangkan oleh wali dan
para ulama terdahulu, penting untuk dikukuhkan kembali agar Islam kembali
menjadi agama yang dekat dan akrab dengan masyarakat Nusantara. Selain itu,
system pendidikan pesantren yang merupakan system pendidikan khas Nusantara
merupakan system pendidikan paling penting dalam proses ini. Dengan adanya
pondok pesantren, maka Islam Nusantara tetap berkembang. Di pesantren itulah
nilai-nilai kesusastraan diwariskan dan di ajarkan. Hingga saat ini, hanya di
pesantren syalaf yang tetap mengajarkan berbagai kitab klasik (kitab kuning)
dan melahirkan ulama-ulama besar. System ini tidak bisa digantikan oleh
pendidikan modern seperti sekolah.
E. Karakter Dasar Islam Nusantara
Islam
nusantara disebut sebagai sesuatu yang unik karena memiliki karakter khas yang
membedakan Islam di daerah lain, karena perbedaan sejarah dan perbedaan latar
belakang geografis dan latar belakang budaya yang dipijaknya. Selain itu, Islam
yang datang kesini juga memiliki strategi dan kesiapan tersendiri.
§ Pertama,
Islam datang dengan mempertimbangkan tradisi, tidak dilawan tetapi mencoba
diapresiasi kemudian dijadikan sarana pengembangan Islam
§ Kedua,
Islam datang tidak mengusik agama atau kepercayaan apapun, sehingga bisa hidup
berdampingan dengan mereka
§ Ketiga,
Islam datang memilih tradisi dan diterima sebagai agama
§ Ke
empat, Islam menjadi agama yang mentradisi, sehingga orang tidak bisa
meninggalkan Islam dalam kehidupan mereka.
G. Makna Keberadaan Islam Nusantara
Hadirnya
Islam Nusantara ini memiliki pengaruh besar dan mendalam terhadap kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa. Ditandai antara lain,
§ Pertama,
dengan kuatnya hubungan agama dengan tradisi dan bumi yang dipijak (tanah air)
maka sejak awal Islam ini gigih menolak kehadiran imperialisme atau penjajahan
bangsa asing.
§ Kedua,
sejak awal Islam Nusantara turut aktif dalam membela kemerdekaan, mendirikan
Negara termasuk ikut menyusun konstitusi yang bersifat nasional dan tetap
berpijak pada agama dan tradisi, sehingga lahirlah Pancasila sebagai konsesus
bersama menjelang bangsa ini merdeka.
Ketiga,
dengan kecintaannya pada tradisi dan tanah air, Islam terbukti dalam sejarah
tidak pernah memberontak terhadap pemerintah yang sah, karena pemberontakan ini
di anggap penghianatan terhadap Negara yang telah di bangun bersama.
Salah
satu kekuatan tradisi Sunni di Nusantara adalah kemampuannya membentuk Islam
berkarakter moderat, toleran, dan akomodatif terhadap kebudayaan lokal. Seperti
ditunjukkan pada kemunculan kesultanan Islam pertama di Indonesia, Pasai yang
berkultur syi’ah hingga kehadiran wali songo di Jawa.
Hal
inilah yang di lakukan oleh Syekh Burhanuddin Ulakan yang memperkenalkan
tradisi “tabut” (perayaan asyura) dan “basapa” (berjalan) di pesisir barat
Sumatera abad ke-17. Sementaran Syekh Jalaludin Al Aidid memperkenalkan tradisi
“maudu lompoa” (Maulid Nabi yang agung) di daerah Makasar (kini di Cikoang,
Takalar) pada abad ke-17.
Sementara
di Bengkulu, perayaan Asyura’ ini dinamakan “tabot” berasal dari kata arab
(tabut) yang secara harfiah berarti “kotak kayu” atau “peti”. Perayaan ini di
gelar tabot tebuang (tabot terbuang). Seluruh tabot berkumpul dilapangan di
arak menuju padang jati, dan berakhir di kompleks pemakaman umum karabela.
Tempat ini menjadi lokasi acara ritual tabot terbuang karena disini dimakamkan
Imam Senggolo (sebutan untuk Syekh Burhanuddin Ulakan), perintis tabot di
Bengkulu. Kemudian bangunan tabot dibuang ke rawa-rawa yang berdampingan dengan
makam, yang menandai berakhirnya segenap rangkaian upacara tabot.
Syekh Burhanuddin wafat pada tahun 1680 dan dimakamkan di Ulakan,
Pariaman. Ada pula yang menyebutnya di bengkulu. Peran beliau dilanjutkan oleh
putera angkatnya, Syekh Abdurrahman dan Syekh Jalaludin.
Adat
Perkawinan Aceh
Tradisi
penikahan Aceh banyak diwarnai oleh tradisi Islam, hal bisa dilihat dari
beberapa tahapan-tahapan pernikahan:
Melamar
Keluarga
pria yang akan melamar seorang gadis mengutus seorang penghubung yang disebut
seulangke. Apabila pihak perempuan setuju pihak pria mengantarkan tanda ikatan
yang disebut ranub kong baba. Biasanya berupa emas dan pakaian untuk si gadis.
Kedua keluarga kemudian menetapkan hari perkawinan dan mas kawis yang harus di
berikan pihak pria. Mas kawin disebut jeunameu.
Persiapan perkawinan
Persiapan perkawinan
Menjelang
pernikahan sang gadis dipingit selama satu bulan untuk dibimbing cara berumah
tangga, dianjurkan tekun mengaji.
Dua
hari sebelum pernikahan, keluarga wanita mengadakan upacara mandi air bunga
bagi gadis. Dengan tujuan membersihkan dosa, disamping sebagai pengharum badan.
Diteruskan mengadakan upacara koh andam yaitu upacara membersihkan anak rambut
di tengkuk, dahi, merapikan alis mata, juga menginai kuku-kuku menjadi mereh,
memerahkan bibir dengan memakai sirih.
Upacara pernikahan
Upacara pernikahan
Sebelum
upacara pernikahan dilangsungkan , calon pengantin perempuan
memperlihatkan kemampuannya menamatkan pembacaan al Qur’an. Kemudian ayah
kandung pengantin perempuan memimpin upacara pernikahan/ijab kabul.
Setelah
itu pihak pengantin pria menyerahkan jeunameu atau mas kawin berupa sekapur
sirih, seperangkat kain adat, emas puan. Emas yang digunakan adalah uang mas
kuno seberat 100 gram. Sebelum kedua mempelai dipersandingkan di pelaminan
keluarga mengadakan upacara menginjak telur yang dilakukan oleh pengatin pria.
Pakaian Pengantin
Pakaian Pengantin
Pengatin
pria celana panjang yang (cekak musang), kain sarung (pendua), serta kemeja
belanga pakai bis benang emas, memakai kopiah (makutup), sebilah rencong
terselip di depan perut. Pengantin perempuan memakai celana panjang (cekak
musang) baju kurung sampai pinggul, kain sarung. Perhiasan berupa kalung yang
disebut kula, pending, gelang tangan, gelang kaki.
Ziarah Kubur
Yaitu
kebiasaan mengunjungi makam dan meletakkan bunga di atas kuburan seseorang.
Sampai saat ini masih dipertahankan. Tujuan awalnya adalah untuk memohon restu
dan mendapat berkah dari orang yang sudah meninggal. Tradisi ini dipengaruhi
budaha Hindu-Budha yakni pemujaan terhadap arwah nenenk moyang.
Setelah
Islam datang tujuan ziarah diarahkan untuk mendo’akan yang telah meninggal agar
diampuni dosa-dosanya juga sebagai media kontemplasi bagi seseorang agar selalu
mengingat kematian.
Biasanya
yang dikunjungi makam para wali. Setelah berkembang juga makan sanak keluarga.
Waktu ziarah menjelang bulan Ramadhan dan hari raya idul fitri. Saat ziarah
diisi dengan bacaan tahlil, tahmid, surah pendek dalam al Qur’an.
MEMBERIKAN APRESIASI TERHADAP TRADISI DAN UPACARA KESUKUAN NUSANTARA YANG BERNUANSA ISLAMI.
MEMBERIKAN APRESIASI TERHADAP TRADISI DAN UPACARA KESUKUAN NUSANTARA YANG BERNUANSA ISLAMI.
Selanjutnya
kita akan membahas apa itu kenduri. Kenduri adalah selamatan, upacara tradisi
yang disesuaikan dengan ajaran-ajaran agama di Jawa. Gejala kenduri merupakan
bagian dari proses Islamisasi yang belum selesai sejak Islam masuk ke Nusantara
yang dibawa oleh para wali.
Hal
ini diperkuat oleh analils Dr. Zamakhsyari Dhofier, bahwa penyebaran Islam di
Jawa tidak mudah penuh tantangan, dan setahap demi tahap. Pada dasarnya ada dua
tahap yaitu; gelombang pertama ialah pengislaman orang Jawa menjadi orang Islam
sekedarnya, yang selesai pada pada abad ke-16. Gelombang kedua ialah pemantapan
mereka betul-betul menjadi orang Islam yang taat, yang secara pelan-pelan
menggantikan kehidupan keagamaan yang lama, hampir secara menyeluruh tetapi
tidak pernah disempurnakan misalnya syariah Islam belum secara menyeluruh
pernah diterapkan di Jawa.
Proses
Islamisasi yang begitu panjang bukan disebabkan oleh latar belakang nilai-nilai
budaya sebelumnya yang begitu kuat dianut, tetapi karena proses Islamisasi yang
dilakukan oleh para wali cenderung mengadakan kompromi lokal.
Cara
ini dipahami sebagai sikap metodik dan strategi dakwah dikalangan masyarakat
tradisional. Dengan kata lain pada dasarnya proses Islamisasi yang dilakukan
para wali bukan untuk mengadakan kompromi budaya, melainkan bagaimana Islam
bisa tersebar secara damai dan cepat.
Dalam
upacara kenduri atau selamatan ada dua tata nilai, yang pertama nilai tradisi
dengan doktrin. Secara formal ia menampilkan bentuk tradisi, sedang secara
esensial sudah diislamkan.
Yang
kedua bahwa kenduri ruwahan, suran, saur tanah, sehari, tiga hari dan
seterusnya terhadap orang yang mati. Tata cara yang dilembagakan dalam upacara
kenduri tidak ada dalam ajaran Islam. Sedangkan mendo’akan orang meninggal
dunia –terutama anak terhadap orang tua- diajarkan didalam Agama Islam
Dari
usaian diatas sikap kita menghadapi berbagai macam tradisi dan upacara kesukuan
nusantara adalah menghormati dan memandangnya sebagai kekayaan khazanah budaya
yang ada di Indonesia.
BAB III
B. TRADISI DAN UPACARA ADAT YANG BERNAFASKAN ISLAM
1. Pengertian Tradisi dan Upacara Adat yang
bernafaskan Islam
Tradisi
dan upacara adat yang bernafaskan Islam adalah adat atau upacara yang
menyangkut Islam. Di Indonesia Banyak sekali di temukan Tradisi upacara adat
yang bernafaskan/ berisi ajaran-ajaran Islam.
2. Macam-macam Tradisi Upacara Adat yang Bernafaskan
Islam
1. Muludan
Muludan
merupakan upacara pendahuluan dari peringatan lahirnya Nabi Muhammad SAW, yang
lahir pada 12 Robiul awal/12 mulud, biasanya di bulan Robiul awal banyak yang
memperingati hari lahir nya rosullulloh seperti membaca Barzanzi,Sholawatan .
Muludan juga di gunakan Sultan untuk berkomnikasi dengan rakyatnya dan untuk
mensyukuri berkah kepadahan Tuhan.
2. Grebeg
Adalah
upacara adat berupa sedekah yang di lakukan pihak kraton kepada masyarakat
berupa gunungan. Kraton Yogyakarta dan Surakarta mengadakan upacara grebeg
sebanyak 3 dalam 1 tahun, yaitu Grebeg Syawal pada saat Hara Raya Idul
Fitri, Grebeg Besar pada Hari Raya Idul Adha, dan Grebeg Mulud atau sering di
sebut juga dengan sekaten. Sekaten yaitu mengarak sedekah dari raja yang berupa
makan, sayur, buah-buahan dari kediaman raja ke masjid Agung untuk kemudian di
bagikan kepada pengunjung dan rakyat.
3. Grebeg Besar
Grebeg
Besar Adalah kira pusaka peninggalan kerajaan Demak dari pondopo Kabupaten
Demak menuju makan Sunan Kalijaga di daerah Kadilangu. Sewlain Kirab dalam
acara tersebut juga di laksanakan memcuci barang pusaka peninggalan Suanan
Kalijaga, Grebeg Besar di lakukan pada tanggal 10 Djulhijah.
4. Megengan
Adalah
upacara menyambut Bulan Suci Romandon Oleh Bupati dan rakyat Semarang( jawa
tengah ). Kegiatan utamanya adalah pemukulan bedug sebagai tanda jatuh nya
tanggal 12 Romadon di mulainya berpuasa.
5. Salikuran
Adalah
Kegiatan untuk menyambut malam laillatur qodar antara tanggal 20-29 Romadon di
mana pada malam itu turunya malaikat untuk membawa rahmat, biasanya orang orang
pada tanggal 20-29 pada tanggal ganjilnya selalu bersedekah di masjid setelah
sholat teraweh di laksanakan.
6. Syawalan
Adalah
kegiatan silahturahmi kepada semua umat manusia (muslim) setelah melaksanakan
Sholat Sunat Idul Fitri untuk saling maaf memaafkan atas segala kesalahan yang
telah di perbuatnya. Pada tradisi tersebut berlangsung hingga beberapa hari,
Bahkan ada yang di ramaikan pada hari ke 7 Syawal dengan Istilah Lebaran
Ketupat.
7. Akekah
adalah
upacara di mana setelah anak lahir atau setelah berumur 7 hari biasanya di
akekahi dengan menyebelih kambing atau domba, kalau anak laki laki bagusnya 2
kambing atau 2 domba, sedangkan anak perempuan di perbolehkan satu, setelah
proses penyebelihan itu daging akekah nya di bagi kan pada masarak sekitar
atau di hidangkan untuk upacara pemberian nama .Dan pembacaan Barzanzi atau di
sebut juga Marhabaan.
BAB IV
C. APRESIASI TEHADAP SENI BUDAYA DAN UPACARA
ADAT YANG BERNAFASKAN ISLAM
Seni budaya lokal yang benapaskan islam tersebut
adalah hasil para juru dakwah dimasa lalu yang kreatif, dimana para juru dakwah
mencari akal bagaimana supaya masyarakat yang sebelumnya masih kuat memegang
adat dan budaya sebelumnya beralih ke agama islam tanpa menyinggung perasaan
adat budaya sebelumnya yaitu hindu budha. Kita perlu menghargai dan
melestarikan seni budaya adat yang bernafaskan islam, sepanjang tidak membawa
dampak negative bagi aqidah keislaman dan tidak mengakibatkan syirik dan
penyimpangan ajaran.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Beberapa tradisi Islam kita warisi sampai sekarang,
antara lain ziarah ke makam, sedekah, sekaten. Setiap daerah dimana
Islam masuk sudah terdapat tradisi masing-masing. Ada yang merupakan pengaruh
Hindu dan Budha adapula tradisi asli yang sudah turun temurun. Seperti halnya
di Sumatera, di daerah lainpun para muballigh memilih mempertahankannya namun
dengan meberikan warna Islam.
SARAN
Pembelajaran tentang seni budaya lokal sebagai bagian dari
tradisi islam nusantara akan lebih memahami tentang bagaimana islam masuk ke
Indonesia, bagaimana perjuangan para penyebar islam di nusantara sehingga dapat
meneladani dan mengharagai jasa - jasa para pahlawan agama dan bangsa tersebut.
Pendalaman terhadap sejarah membuat seseorang
menjadi tahu dan mengerti serta bisa mengharagai pengorbanan para pendahulu
mereka, dan dapat melestarikan kebudayaan - kebudayaan yang telah ada, yang
tidak bertentangan dengan nilai - nilai moral dan agama.
0 komentar:
Post a Comment